Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Joy Milne, Perempuan yang Bisa Mencium Bau Penyakit Parkinson

Kompas.com - 19/12/2017, 19:46 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka penyakit Parkinson bisa diketahui melalui bau. Hal ini dibuktikan oleh seorang perempuan Inggris yang mencium bau dari penyakit ini pada suaminya.

Joy Milne, seorang perempuan dari Perth, Skotlandia, Inggris mengklaim bahwa dia mendeteksi adanya perubahan pada bau suaminya Les Milne enam tahun sebelum lelaki itu didiagnosis memiliki Parkinson. Hal ini membuat para peneliti di Universitas Manchester mulai percaya bahwa Parkinson memiliki bau yang unik.

Joy Milne (67 th) mengaku bahwa bau suaminya berubah beberapa tahun sebelum gejala kesulitan bergerak terlihat. Kesulitan bergerak merupakan gejala umum yang dialami penderita Parkinson.

Penasaran dengan pengakuan Joy Milne, para peneliti melakukan serangkaian tes pada wanita ini. Hasilnya, Joy Milne memang dapat mengidentifikasi mana penderita Parkinson dan mana yang bukan dengan cara mencium penyeka kulit dari kedua kelompok.

Baca juga: Pukulan di Kepala Pemicu Parkinson pada Muhammad Ali?

Dalam sebuah kasus, Joy Milne bahkan mengidentifikasi seseorang menderita Parkinson meskipun pada saat itu belum didiagnosis karena tidak menunjukkan gejala umum Parkinson.

Para peneliti kemudian mengidentifikasi 10 molekul yang muncul dalam konsentrasi tinggi dari penyeka kulit dari penderita Parkinson.

Profesor Perdita Barran, ketua Spektrometri Massa, Sekolah Kimia di Universitas Manchester menyebutkan hal identifikasi 10 melekul itu berkat bantuan Joy Milne.

"Sangat membanggakan bagi ukuran ilmuwan yang memiliki kemampuan untuk menemukan beberapa molekul khas untuk mendiagnosis Parkinson. Ini tidak akan terjadi tanpa Joy," ungkap Prof Barran dikutip dari The Telegraph, Senin (18/12/2017).

"Untuk semua kebetulan, Joy dan Les benar-benar yakin bahwa apa yang bisa Joy cium adalah sesuatu yang bisa digunakan dalam konteks klinis dan sekarang kita mulai melakukan itu," sambungnya.

Di Indonesia, parkinson adalah salah satu penyakit yang menjadi momok. Dilansir dari Antara News, Selasa (22/09/2015), penyakit ini menyerang sekitar satu dari 250 orang berusia di atas 40 tahun.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada tes dan gejala pasti untuk penyakit yang menyerang sel saraf ini. Karenanya, keterlambatan diagnosis sering kali terjadi.

Baca juga: Komplikasi Parkinson, Dari Pneumonia hingga Depresi

Keterlambatan diagnosis tentu membuat pasien lebih lama mendapatkan perawatan.

Karena alasan inilah Universitas Edinburgh juga menguji kemampuan Joy Milne. Dr Tilo Kunath, salah satu peneliti di Universitas Edinburgh tersebut mengkonfirmasi kemampuan Joy dalam mendeteksi Parkinson lewat bau.

Untuk mengujinya, Joy Milne diberi 12 kaos tak bertanda untuk dicium. 6 di antaranya miliki penderita Parkinson, sedangkan 6 lainnya milik relawan yang tidak menderita penyakit itu.

Hasilnya, Joy dapat mengidentifikasi dengan benar.

"Dia mengatakan kepada kami bahwa seseorang memiliki Parkinson sebelum orang tersebut tahu, bahkan sebelum ada yang tahu," kata Dr Kunath.

"Jadi, saya benar-benar mulai mempercayai bahwa dia bisa mendeteksi Parkinson dengan bau yang ditransfer ke baju yang dipakai penderita Parkinson," sambungnya.

Jika molekul diidentifikasi dengan benar, maka anjing dapat dilatih untuk mengendus penyakit. Dokter juga bisa menggunakan spektrometri massa molekul ini untuk mendiagnosis.

Spektrometri massa bekerja dengan menghilangkan molekul elektron mereka. Ini membuat mereka menjadi bermuatan positif (berubah menjadi ion).

Baca juga: Apa Penyebab Penyakit Parkinson Seperti Diderita Muhammad Ali

Ketika melewati medan magnet, masa ini akan mengipas keluar melalui spektrum, tergantung pada komposisi mereka. Di mana mereka muncul, spektrum akan mengungkapkan komposisinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com