Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Unik, Ini Alasan Kojek Si Buaya Rumahan Sebaiknya Ditangkarkan

Kompas.com - 12/12/2017, 17:05 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Buaya di alam liar terkenal dengan keganasannya yang tak kenal ampun saat melahap mangsa. Bagaimana mungkin buaya bisa tinggal bersama manusia di tengah perkampungan padat penduduk?

Namun, inilah cerita nyata dari Kampung Sempurlereng, Kota Bogor.

Dikutip dari TribunnewsBogor.com, Senin (11/12/2017), M Irwan sudah puluhan tahun memelihara buaya rawa di teras rumahnya. Dia menemukan buaya tersebut saat berlibur di pantai Pangandaran.

Pada saat itu, Irwan bertemu dengan anak-anak yang membawa bayi buaya dan meminta untuk membawanya pulang.

"Iya jadi waktu itu ada anak-anak bawa buaya, masih kecil banget, terus Pak Irwan bilang ke anak-anak kalau buayanya mau dipelihara, dan akhirnya dibawa pulang," ujar Endang, sepupu Irwan.

Baca Juga: Ada 4 Jenis Buaya di Indonesia, Bagaimana Menghindarinya?

Buaya yang diberi nama Kojek itu kini memiliki berat sekitar 300 kilogram dan diperkirakan berumur lima tahun.

Menurut Hellen Kurniati, seorang pakar biologi di LIPI, buaya milik Irwan merupakan jenis buaya muara dengan nama latin Crocodylus porosus. Buaya jenis tersebut bisa mencapai panjang tujuh meter di habitat aslinya.

Hellen juga menjelaskan mengapa Ojek bisa sangat dekat dengan manusia. "Kalau dipelihara dari sejak bayi dan sering berinteraksi dengan manusia, biasanya jinak," katanya kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2017).

Akan tetapi, Hellen berkata bahwa akan lebih baik bila Kojek dipindahkan ke penangkaran buaya.

"Buaya muara merupakan satwa dilindungi, dan apabila pemilik tidak bisa menunjukan surat-surat resmi kepemilikan, lebih baik disita untuk dipindahkan ke penangkaran, bukan ke habitat asli," katanya.

Baca Juga: Kisah Buaya Berkalung Ban dan Kenyataan Menyedihkan Lingkungan Kita

Pendapat Hellen tersebut disetujui oleh Direktur Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso. "Sebaiknya diserahkan ke negara dalam hal ini ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) setempat, dan biasanya BKSDA akan berkoordinasi dengan lembaga konservasi untuk dilestarikan," ujarnya.

Mengenai gigi Kojek yang tanggal, Hellen menjelaskan bahwa struktur gigi pada buaya berbeda dengan manusia. Sekali tanggal, gigi buaya tidak akan tumbuh lagi. Faktor ini juga membuat Kojek perlu dipindahkan ke penangkaran.

"Karena terlalu lama dipelihara manusia, dengan makanan yang tidak mendukung pertumbuhan gigi secara normal layaknya buaya lainnya, maka jangan dipindahkan ke habitat liar karena pasti tidak bisa bertahan hidup," katanya.

Terakhir, Hellen mengingatkan agar Kojek jangan sampai kelaparan, karena itu akan memicu insting liarnya untuk mencari mangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com