Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramu Getah Pisang dan Pare, Mahasiswa Magelang Buat Antiseptik Herbal

Kompas.com - 06/12/2017, 12:30 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

KOMPAS.com - Cairan antiseptik sudah umum menjadi obat pertolongan pertama pada luka sobek, memar, inflamasi maupun luka akibat gigitan serangga.

Namun di luar dugaan, cairan dari getah pisang ternyata bisa berfungsi menjadi antiseptik yang biasa kita gunakan.

Hasil riset sejumlah mahasiswa Universitas Tidar (Untidar) Kota Magelang, Jawa Tengah, melakukan penelitian tentang khasiat antiseptik pada getah pohon pisang dan pare.

Ismiterra Cahya Pradani, Ketua Tim Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) Untidar, menjelaskan getah pohon pisang mengandung tanin, alkaloid dan saponin yang berperan sebagai antiseptik dan anti bakteri.

"Kandungan flavonoid pada getah pohon pisang juga berperan sebagai stimulus regenerasi sel kulit, sehingga mempercepat proses pembekuan darah dan proses penyembuhan luka," jelas Ismi, kepada Kompas.com, Selasa (5/12/2017).

Baca Juga: Dengan Riset, Obat Herbal Tak Kalah Ampuh dengan Obat Kimia

Sementara pare, jenis sayur yang berasa pahit itu, mengandung antrakuinon, kuinon dan lektin. Zat-zat ini berguna sebagai anti bakteria dan anti peradangan.

Kedua tanaman itu kemudian diekstrasi menjadi cairan dan dikemas menjadi cairan semprot atau spray. Obat herbal ini dengan Spray GAPIPA. 

"Spray Gapipa dapat mengobati luka luar, misalnya luka bakar, luka sayatan benda tajam dalam ringkup luka ringan. Secara fungsi sama dengan obat luka pada umumnya, namun spray ini bersifat herbal karena bahannya asli dari getah pohon pisang dan pare yang diekstraksi,” tambahnya.

Menurut Ismi penelitian ini terinspirasi oleh banyaknya limbah batang pohon pisang di wilayah Magelang dan sekitarnya, terutama pascapanen di ladang-ladang petani.

Limbah tersebut sering hanya dibiarkan saja sampai menumpuk dan membusuk. Padahal tumpukan limbah ini berpotensi mencemari lingkungan.

“Biasanya batang pohon pisang akan ditinggalkan begitu saja pascapanen. Demikian juga dengan pare yang terbuang sia-sia ketika pasokan melimpah, dan harga jual menurun. Limbah keduanya kan menumpuk dan berpotensi mencemari lingkungan sekitar jika tidak dimanfaatkan,” jelas Ismi. 

Baca Juga: FDA: Sabun Antiseptik Tak Ampuh Bunuh Kuman

Ismi bersama tiga rekannya yaitu Suwasdi, Sulistyani dan Ahmad Fahrudin, mulai melakukan penelitian sejak beberapa bulan lalu. Hasilnya tak sia-sia karena penelitian mereka lolos dalam seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian Untidar.

Efisiensi penanganan luka dan tidak memiliki efek samping menjadi keunggulan obat herbal tersebut. 

"Dengan spray ini mudah diaplikasikan, tinggal semprot pada bagian yang luka. Obat ini juga tidak akan meninggalkan bekas luka," imbuhnya.

Suwasdi, anggota Tim PKMP Untidar, menambahkan penelitian spray anti inflamasi ini memakan waktu sekitar tiga bulan saja. Sebagai objek penelitian, mereka menggunakan 18 ekor tikus putih karena genetiknya hampir sama dengan manusia.

"Kami ambil sampel beberapa tikus yang terluka, lalu disemprot dengan Spray Gapipa dan hasilnya luka pada tikus itu sembuh bahkan hilang dan tidak meninggalkan bekas," ujarnya.

Saat ini mereka sedang proses mengajukan ijin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang supaya ke depan spray Gapipa bisa dijual ke pasaran dengan aman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com