KOMPAS.com - Skizofrenia dapat dideteksi bukan hanya setelah orang lahir.
Penelitian terbaru membuktikan, bibit skizofrenia sudah dapat dideteksi bahkan sejak masih di dalam kandungan. Tepatnya sejak janin berusia 12 minggu.
Dengan adanya penemuan ini, berarti ibu atau tenaga medis sudah dapat mengobati bayinya agar terhindar dari skizofrenia sebelum bayi lahir.
Para ilmuwan mengembangkan 'otak mini' dalam kondisi laboratorium untuk mengidentifikasi gangguan pada sel induk yang mengelilingi rongga otak saat janin masih dalam trisemester pertama.
Baca Juga: Pasien Skizofrenia Butuh Kemudahan Akses Obat Berkualitas
Menurut ilmuwan, ini merupakan langkah besar untuk memahami asal usul biologis kelainan otak. Di mana hal ini pertama kali dijelaskan dalam teks medis Mesir Kuno yang disebut Ebers Papyrus di tahun 1500 SM.
"Penyakit ini telah disalahartikan selama 4.000 tahun," ujar salah satu peneliti, Michal K. Stachowiak dari the State University of New York, Buffalo, dikutip dari Science Alert, Jumat (24/11/2017).
"Sekarang kami memiliki bukti bahwa skizofrenia adalah kelainan yang diakibatkan oleh perubahan mendasar dalam pembentukan struktur otak," sambung Stachowiak.
Tim Stachowiak memelihara organ yang disebut organoid serebral. Itu adalah organ miniatur menyerupai otak yang dibuat menggunakan sel kulit yang diprogram ulang dari tiga orang penderita skizofrenia dan empat orang yang tidak memiliki skizofrenia bertugas sebagai kelompok kontrol.
Dengan menambahkan nutrisi, asam, dan glukosa yang tepat, jaringan itu bisa tumbuh untuk menciptakan neuroectoderm, sebuah jaringan yang membentuk otak. Setelah itu, rongga otak, korteks, dan daerah yanng mirip dengan batang otak akan muncul.
"Tujuan penelitian ini adalah merekapitulasi tahapan penting dalam pembentukan otak yang terjadi di rahim," katanya.
Saat tiruan otak kecil yang dikembangkan dari pasien skizofrenia mulai terbentuk, para ilmuwan melihat adanya kelainan pada organoids. Sel induk progenitor saraf yang membentuk neuron tidak terdistribusi dengan baik dan sangat sedikit saraf dewasa yang akhirnya muncul di korteks.
Hal ini sesuai dengan penelitan sebelumnya yang menyatakan skizofrenia terkait dengan pemecahan fungsi korteks. Bagian otak ini berfungsi menangani hal-hal penting seperti memori, perhatian, dan pemrosesan bahasa.
Baca Juga: Mengapa Gejala Skizofrenia Baru Muncul di Usia Remaja?
"Penelitian kami menunjukkan bahwa penyakit ini kemungkinan sudah dimulai pada trimester pertama dan melibatkan pembelahan sel yang dipercepat, migrasi berlebihan, dan diferensiasi dini sel neuroectodermal ke neuron," jelas Stachowiak.
"Neuron yang menghubungkan daerah korteks yang berbeda disebut interneuron, menjadi salah arah dalam korteks skizofrenia, menyebabkan daerah korteks menjadi tidak terhubung. Seperti kabel yang tidak terhubung semestinya," sambungnya.
Setelah peneliti melihat adanya kesalahan 'pemasangan kabel' dalam tahap perkembangan otak, langkah selanjutnya adalah menentukan penanganannya.
Jalur genomik yang salah disebut jalur Integratif Nuklir FGFR 1 Signaling (INFS), subjek penelitian terdahulu, dapat menahan kuncinya.
Untuk itu, peneliti mengatakan bahwa obat-obatan atau suplemen diet dapat diberikan kepada wanita hamil yang bayinya berisiko terkena skizofrenia. Meskipun demikian, saat ini masih sangat dini bagaimana memanfaatkan data baru ini.
Gejala skizofrenia biasanya muncul saat remaja. Kelainan ini diperkirakan sudah dialami lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia yang menyebabkan masalah parah dalam berpikir, membuat persepsi dan mengenal diri sendiri.
Sementara itu, kondisi ini bisa ditangani dengan obat-obatan terlarang seperti narkoba, belum ada yang lain.
Baca Juga: Memakai Narkoba untuk Redakan Gejala Skizofrenia
Saat ini, peneliti terus mencari tahu lebih banyak tentang akar genetik kelainan tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap pemasangan kabel di dalam otak. Dengan adanya penelitian ini, berarti ada informasi tambahan tentang kapan kelainan ini dimulai.
"Kami sekarang dapat menyatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan konstruksi otak yang salah pada awal perkembangan otak bayi, yakni saat trimester pertama. Dan hal ini melibatkan malformasi spesifik rangkaian neuronal di korteks," jelas Stachowiak.
Penemuan ini sudah dipublikasikan di Translational Psychiatry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.