Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklon Tropis Berpotensi Bawa Abu Gunung Agung ke Bandara Ngurah Rai

Kompas.com - 27/11/2017, 21:39 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Bibit siklon tropis telah terjadi di sejumlah titik, antara lain di daerah Samudera Hindia sebelah barat daya dan sebelah selatan Pulau Jawa.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorilogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, siklon tropis akan memicu peningkatan aliran angin. Kecepatan angin dapat mencapai skala 25-30 knot atau 30-40 kilometer per jam.

Hal itu tentunya akan berpengaruh terhadap sebaran abu vulkanik Gunung Agung.

Letusan pertama gunung Agung terjadi pada Selasa (21/11/2017) dengan tipe freatik yang ditandai asap tebal. Dengan adanya siklon tropis, sebaran abu vulkanik bergerak ke arah timur.

“Kecenderungan sebaran (abu vulkanik) ke arah timur. Tapi dengan kondisi yang ada, tipografi dan kondisi mikro setempat, treyektori atau trek sebaran abu yang kami lihat akan lebih ke arah timur tenggara, bahkan kemudian menjadi ke selatan,” kata Mulyono saat dihubungi, Selasa (27/11/2017).

Baca juga : Hati-hati, BMKG Ramalkan Badai di Kawasan Sumatera Besok

Mulyono mengatakan, kemungkinan dalam beberapa jam ke depan sebaran abu vulkanik akan mencapai Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sedangkan potensi sebaran ke arah timur tenggara, yakni Pulau Lombok kurang terjadi.

“Kalau ke Lombok tidak (membahayakan), tapi untuk ke Ngurah Rai perlu kewaspadaan atau antisipasi,” kata Mulyono.

Saat ini, siklon tropis masih berupa bibit atau disebut juga dengan siklon tropis 95s. Saat telah terbentuk sempurna, Indonesia kemungkinan punya kesempatan memberikan penamaan karena terjadi di wilayah Indonesia.

Karena siklon tropis merupakan peristiwa alam, manusia tak bisa campur tangan untuk merekayasa, mempercepat, atau pun menghentikan kejadiannya.

“Kalau tekanannya masih rendah, pada tekanan 1.000 milibar, itu masih bibit. Kemudian struktur siklon belum kelihatan. Kecepatan angin juga masih relatif rendah sekitar 25-35 knot. Kalau sudah jadi siklonnya, kecepatan angin meningkat, (dan) struktur pusaran semakin kelihatan. Tidak hanya di permukaan saja tapi juga sampai lapisan atas,” kata Mulyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau