Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2017, 20:24 WIB
|
EditorYunanto Wiji Utomo

KOMPAS.com — Tahukah Anda, penderita diabetes di Indonesia mencapai 10 juta orang? Dengan angka yang besar tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke tujuh sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak di dunia.

Ini jelas prestasi yang sangat membahayakan.

Pasalnya, menurut dr Wismandari Wisnu, SpPD-KEMD, seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik dan diabetes; meski diabetes tidak secara langsung menyebabkan kematian, komplikasinya bisa menyebabkan kecacatan hingga kematian.

Dipaparkan dalam acara “Cegah Komplikasi Diabetes Sedini Mungkin” yang diadakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta, Selasa (7/11/2017), ada lima komplikasi diabetes, yaitu:

Stroke dan sakit jantung

Stroke dan sakit jantung mencakup 70 persen dari kasus komplikasi diabetes di Indonesia. Seorang penyandang diabetes melitus bahkan diperkirakan memiliki risiko terkena serangan jantung dan stroke yang dua kali lipat dari orang normal.

Sebab, kadar gula tinggi mengubah pola lemak kolesterol LDL menjadi lebih mudah menumpuk, menghambat produksi kolesterol HDL, dan menganggu elastisitas pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah menjadi lebih mudah cedera dan mengalami penyumbatan.

Padahal, pembuluh darah koroner berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Jika pembuluh ini mengalami sumbatan atau atherosklerosis, aliran darah yang membawa oksigen ke jantung akan terhambat dan jantung mengalami kerusakan. Akibatnya, jantung gagal memompa darah ke seluruh tuhuh dan kematian mendadak dapat terjadi.

Mata

Komplikasi diabetes terhadap mata dapat dibagi menjadi dua, yakni stadium awal (retinopati non-plofiteratif) dan stadium lanjut (retinopati proliferatif).

Pada stadium awal, pembuluh darah mata  menjadi berlubang-lubang karena kadar gula dalam darah yang tinggi. Jika isinya merembes ke dalam retina, pengelihatan bisa menjadi kabur.

Sementara itu, pada stadium lanjut, terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru di dalam mata. Pembuluh ini sangat rapuh dan rentan mengalami kebocoran. Jika sudah bocor, Wismandari berkata bahwa pengobatannya hanya laser; dan bila tidak langsung ditangani, kerak darah bisa menutup lensa mata dan menyebabkan kebutaan.

Baca Juga : Cegah Diabetes dengan Sering Makan Masakan Rumah

Ginjal

Setelah stroke dan jantung, ginjal adalah salah satu komplikasi yang paling sering dialami oleh penyandang diabetes melitus. Prevalensi kejadiannya bahkan mencapai 30 persen dan diabetes disebut sebagai penyebab cuci darah kedua tertinggi di Indonesia, setelah hipertensi.

Wismandari mengatakan, meski tidak menyebabkan kematian, komplikasi ginjal pada penyandang diabetes melitus menyebabkan kecacatan.

Sebab, ginjal berfungsi sebagai penyaring dalam tubuh, dan kadar gula yang tinggi secara menahun akan menganggu fungsi ginjal. Lama-kelamaan, ginjal akan perlu terapi pengganti dengan cuci darah yang harus dilakukan tiga kali seminggu atau transplantasi ginjal.

Saraf

Komplikasi saraf dialami oleh 60 persen penderita diabetes melitus.

Kadar gula tinggi yang terjadi saraf kronik akan merusak tubuh, terutama saraf tepi. Akibatnya, penderita akan merasa kesemutan, baal, atau nyeri. Dalam beberapa kasus, Wismandari menemukan bahwa pasiennya merasa tidak menapak tanah atau memegang sesuatu.

Walaupun tidak menyebab kematian, komplikasi saraf bisa sangat mengganggu. Bila pasien tidak dapat merasakan tubuhnya, ada kemungkinan dia tidak menyadari telah terluka.

Selain itu, komplikasi saraf juga dapat menyebabkan tekanan darah rendah (hipotensi), disfungsi ereksi, gangguan pencernaan, dan inkontinensia atau ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar.

Kaki diabetes

Masih terhubung dengan komplikasi sebelumnya, kaki diabetes disebabkan oleh gangguan di saraf dan pembuluh darah pada tungkai.

Ketika pasien tidak bisa merasakan tubuhnya, luka menjadi lehih mudah infeksi dan gangren. Kondisi ini merupakan penyebab tertinggi amputasi. Menurut Wismandari, seorang pasien diabetes bahkan memiliki risiko amputasi 25 kali lebih besar dari orang normal.

Baca Juga : Adakah yang Disebut Diabetes Basah dan Kering? Dokter Beri Penjelasan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Oh Begitu
Mengapa Ular Berganti Kulit?

Mengapa Ular Berganti Kulit?

Oh Begitu
Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Oh Begitu
Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Oh Begitu
7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

Oh Begitu
Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Kita
10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

Fenomena
Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Oh Begitu
Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Oh Begitu
Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Oh Begitu
Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Fenomena
Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Oh Begitu
Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Fenomena
Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Fenomena
Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com