Wismandari mengatakan, meski tidak menyebabkan kematian, komplikasi ginjal pada penyandang diabetes melitus menyebabkan kecacatan.
Sebab, ginjal berfungsi sebagai penyaring dalam tubuh, dan kadar gula yang tinggi secara menahun akan menganggu fungsi ginjal. Lama-kelamaan, ginjal akan perlu terapi pengganti dengan cuci darah yang harus dilakukan tiga kali seminggu atau transplantasi ginjal.
Saraf
Komplikasi saraf dialami oleh 60 persen penderita diabetes melitus.
Kadar gula tinggi yang terjadi saraf kronik akan merusak tubuh, terutama saraf tepi. Akibatnya, penderita akan merasa kesemutan, baal, atau nyeri. Dalam beberapa kasus, Wismandari menemukan bahwa pasiennya merasa tidak menapak tanah atau memegang sesuatu.
Walaupun tidak menyebab kematian, komplikasi saraf bisa sangat mengganggu. Bila pasien tidak dapat merasakan tubuhnya, ada kemungkinan dia tidak menyadari telah terluka.
Selain itu, komplikasi saraf juga dapat menyebabkan tekanan darah rendah (hipotensi), disfungsi ereksi, gangguan pencernaan, dan inkontinensia atau ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar.
Kaki diabetes
Masih terhubung dengan komplikasi sebelumnya, kaki diabetes disebabkan oleh gangguan di saraf dan pembuluh darah pada tungkai.
Ketika pasien tidak bisa merasakan tubuhnya, luka menjadi lehih mudah infeksi dan gangren. Kondisi ini merupakan penyebab tertinggi amputasi. Menurut Wismandari, seorang pasien diabetes bahkan memiliki risiko amputasi 25 kali lebih besar dari orang normal.
Baca Juga : Adakah yang Disebut Diabetes Basah dan Kering? Dokter Beri Penjelasan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.