KOMPAS.com - Leonardo da Vinci bukan hanya seniman, tapi juga ilmuwan banyak bidang yang berpengaruh dalam era Renaissance Italia abad ke-15. Da Vinci juga disebut sebagai seorang jenius, ketika Walter Isaacson mendeskripsikan sosok seniman di balik lukisan Mona Lisa dan Perjamuan Terakhir.
Walter Isaacson sendiri adalah penulis buku biografi Leonardo da Vinci yang punya serangkaian cerita mengapa seni dan sains layak dilekatkan ke Da Vinci beserta karya-karyanya. Da Vinci menciptakan mulai dari lukisan ikonik, seperti Mona Lisa dan Perjamuan terakhir, hingga terobosan optik dan perspektif.
Dikutip dari National Geographic, Sabtu (4/11/2017), karena hal yang disebutkan di atas, Isaacson menyebut bahwa Da Vinci telah berhasil menggabungkan seni dan sains menjadi satu. Ternyata kejeniusan Da Vinci ini bisa kita ikuti dan pelajari.
Lebih lanjut, untuk menelusuri kejeniusan Da Vinci, Isaacson mengatakan bahwa harus diawali dari senyum Mona Lisa yang mampu menyihir kita lebih dari 500 tahun.
Mengapa Mona Lisa dapat menyihir lewat senyumannya?Isaacson menyebut senyuman Mona Lisa ibarat puncak pembelajaran seumur hidup Da Vinci yang digunakan untuk mempelajari seni, sains, optik, dan hal lain yang membuatnya penasaran.
"Da Vinci menghabiskan banyak halaman di buku catatannya untuk membedah wajah manusia. Dia mempelajari setiap otot dan saraf yang menyentuh bibir," ujar Isaacson.
Da Vinci membuat gambar Mona Lisa sejak 1503 sampai mendekati kematiannya 1519. Dia mencoba membuat sedetail mungkin di setiap goresan. Untuk mewujudkan itu, Da Vinci sampai membedah mata mayat manusia untuk mempelajari detail di pusat retina.
KOMPAS/PUTU FAJAR ARCANA Mona Lisa memang lukisan kecil, tetapi mengunjungi Museum Louvre tanpa menyapanya, belum ke Paris.
"Jika Anda melihat langsung senyum Mona Lisa, sudut-sudut bibirnya berubah sedikit ke bawah, tapi bayangan dan cahaya membuatnya terlihat seperti berputar ke atas. Saat Anda mengalihkan pandangan ke wajahnya, seolah dia dapat tersenyum singkat," ujar Isaacson.
Semasa hidup, pelukis Italia itu selalu membawa buku catatan. Sepanjang perjalanan Firenze atau Milan, dia selalu membuat sketsa ekpsresi dan emosi orang-orang. Da Vinci pun menghubungkan hal itu dengan perasaan batin yang dialami.
"Mona Lisa seperti puncak emosi yang berhasil diekspresikan Da Vinci. Mona Lisa bukan lukisan datar, tapi lukisan Mona Lisa mencoba menggambarkan emosi batin," katanya.
Membawa Trik Bidang Lain ke Dalam Lukisan
BACA: Lukisan Da Vinci Siap Dilelang Seharga Rp 13,5 Miliar, Minat?Pada zamannya, Leonardo da Vinci tidak dikenal sebagai pelukis. Tetapi sebagai seorang arsitek atau insinyur. Meski jenis pekerjaan itu dilakoni Da Vinci dengan sangat menggebu, tapi sebenarnya pekerjaan pertamanya adalah sebagai produser teater.
Pengalamannya sebagai produser teater juga dimasukkan ke dalam karya lukisnya. Seperti pada lukisan Perjamuan Terakhir. Da Vinci memakai trik yang sama seperti teater agar lukisannya terlihat lebih nyata.
Wikimedia Commons Perjamuan terakhir seperti dilukiskan oleh Leonardo Da Vinci. Penelitian terbaru mengungkap bahwa ilustrasi perjamuan terakhir dalam lukisan Da Vinci tersebut kurang tepat.
Da Vinci menggunakan trik memiringkan meja seperti di atas panggung, agar penonton dapat melihat isi di dalam meja. Dalam lukisan ini, Da Vinci juga banyak memberikan gestur pada karakter agar hidup.
Belajar Secara OtodidakSebagai anak yang lahir di luar nikah, Da Vinci tidak pergi ke sekolah. Dia belajar secara otodidak. Salah satu hal yang disukainya adalah aliran arus sungai menuju ke sungai Arno.
Hal itu dipelajari Da Vinci semasa hidup hingga menjelang ajalnya. Dia menggambar bentuk spiral dan mencoba menghitung rumus matematika dari sana.
Da vinci juga suka melihat arus udara saat melewati sayap burung yang melengkung. Dia melihat hal tersebut, dan mengerti bahwa hal itu membantu burung untuk terbang lebih tinggi. Hal ini pula yang sekarang kita ketahui digunakan pada sayap pesawat terbang.
BACA: Misteri Ibu Leonardo da Vinci Terungkap, Siapa Dia?Apa ciri khas kejeniusan Leonardo dan apa yang bisa diajarkannya?
"Saya memperhatikan bahwa kreativitas berasal dari menghubungkan seni dengan sains. Agar benar-benar kreatif, Anda harus tertarik pada berbagai disiplin ilmu daripada mempelajari spesialis," kata Isaacson.
Di buku catatan Da Vinci, kita melihat berbagai pertanyaan seperti mengapa orang menguap atau mengapa langit biru. Dia sangat penasaran dengan fenomena sehari-hari.
Penasaran dengan segala hal dan hanya karena ingin tahu, bukan karena hal itu berguna adalah ciri khas Da Vinci. Begitulah cara dia mendorong dirinya untuk belajar dan menjadi jenius.
Kita mungkin tidak pernah bisa meniru kemampuan matematika Einstein, tapi kita semua bisa mencoba belajar dari rasa keingintahuan Da Vinci.