Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ada Lansia yang Masih Tajam Ingatannya? Sains Menjawabnya

Kompas.com - 08/11/2017, 20:25 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com – Siapa bilang semua orang berusia lanjut kehilangan ketajaman otaknya. Beberapa orang tak memiliki penurunan kondisi otak walau telah berusia diatas 65 tahun. Ahli saraf Marsel Mesulam menyebutnya dengan super ager.

Otak super ager secara fisik berbeda dengan otak manusia pada umumnya. Otak mereka sedikit lebih besar, terutama di bagian korteks luar, bagian otak yang terdiri dari zat abu-abu dan kaya akan neuron.

Namun, apakah kondisi itu terjadi sejak lahir ataukah karena terhindar dari kerusakan akibat penuaan?

Dalam hasil penelitian yang dipublikasi di jurnal PLOS One pada Juli 2011, Yasuyaki Taki dan koleganya membandingkan otak dari 24 pria dan wanita super ager dengan 12 orang lain dengan kondisi otak normal.

Dalam penelitian selama 18 bulan, Taki mendapati bahwa otak manusia normal mengalami atrofi lebih dari dua kali lebih banyak dibandingkan dengan otak super ager.

Baca Juga: Pulang ke Bumi, Otak Astronot Berubah, Apa yang Terjadi?

Kini, para peneliti berusaha bergerak lebih jauh. Mereka ingin mengetahui apakah kondisi sosial juga turut berperan terhadap otak super ager.

Untuk mendapatkan jawabannya, Emily Rogalski dan koleganya mempelajari 31 manusia super ager di atas 80 tahun, serta 19 orang pada usia yang sama dengan kognitif rata-rata.

Hasilnya, para superager memiliki hubungan yang lebih memuaskan dan bermutu tinggi dibandingkan dengan manunsia berotak normal.

Rogalski dan timnya meminta semua peserta mengisi kuesioner untuk menilai kebahagiaan dan kepuasan hidup. Meski mendapatkan skor yang relatif sama, para super ager menonjol dalam relasi persahabatan dengan orang lain.

Hasil penelitian ini telah dipublikasi di jurnal PLOS One pada 23 Oktober 2017.

"Tidak sesederhana mengatakan jika Anda memiliki jaringan sosial yang kuat, Anda tidak akan pernah terkena penyakit Alzheimer," kata Rogalski seperti diwartakan Science Alert pada Minggu (5/11/2017).

"Tapi jika ada daftar pilihan sehat yang bisa dilakukan seseorang, seperti makan makanan tertentu dan tidak merokok, menjaga jaringan sosial yang kuat mungkin penting dalam daftar itu."

Baca Juga: Penasaran dengan Isi Otak Perempuan Saat orgasme? Sains Menjawabnya

Lalu Apa yang harus Kita Lakukan?

Normalnya, seiring bertambahnya usia, zat abu-abu di otak manusia mengalami penyusutan dan terdegradasi. Padahal, fungsinya sangat penting yakni untuk melihat, mendengar, memproses emosi, mengendalikan diri, mempelajari informasi baru.

Selain zat abu-abu, zat putih di otak yang berisi jaringan serat nan kompleks juga mengalami penyusutan. Zat putih berperen membawa informasi ke berbagai bagian otak.

Dalam publikasinya di Nature Communication pada November 2014 lalu, Yuka Sasaki dan koleganya menyebutkan, zat putih otak dapat bertindak sebagai generator cadangan saat kinerja zat abu-abu menurun.

Jika saling dukung ini tak terjadi, hasilnya tampak seperti kebanyakan orang normal. Ingatan menjadi kabur, sulit berkonsentrasi dan mempelajari keterampilan baru.

Namun, jangan putus asa. Masih ada cara yang bisa kita lakukan. Sejumlah penelitian menunjukkan, olahraga teratur, menjaga ikatan dengan teman dan keluarga dapat dilakukan. Juga, yang tak kelah pentingya seperti berhenti merokok dan mempelajari hal baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau