KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar nasihat bahwa minuman manis (soda dan jus) buruk untuk kesehatan? Hal ini bukan isapan jempol belaka dan dampaknya tidak hanya obesitas.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the Endocrine Society memperingatkan bahwa minuman manis yang rutin dikonsumsi setiap minggu, minimal dua kali, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, mulai dari diabetes, tekanan darah tinggi, jantung, bahkan sampai stroke.
Pasalnya, soda atau jus yang dikonsumsi secara rutin dapat menyebabkan risiko sindrom metabolik.
Ini adalah sindrom yang meningkatkan kemungkinan penyakit-penyakit di atas karena peningkatan dari berbagai faktor risiko, mulai dari kenaikan berat badan, kadar lemak tinggi dalam darah atau disebut trigliserida, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kadar kolesterol "baik" yang rendah.
BACA: Tak Disiplin Minum Obat Perburuk Penyakit Diabetes
Untuk mencapai konklusi tersebut, para peneliti menganalisis 36 studi berbeda tentang individu yang mengonsumsi minuman manis lebih dari lima kali dalam satu minggu dan risikonya dalam satu dekade terakhir.
Mereka menemukan bahwa mayoritas menunjukkan hubungan yang kuat antara soda dan penambahan berat badan dan juga risiko sindrom metabolik, meski ada beberapa penelitian mencapai temuan netral atau negatif.
Banyak yang mengungkapkan bahwa asupan minuman manis dapat mempengaruhi kadar insulin yang berkontribusi terhadap perkembangan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2.
BACA: 5 Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 yang Harus Diketahui
Para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang yang mengonsumsi minuman manis selama sepuluh minggu menunjukkan penurunan sensitivitas insulin sebesar 17 persen.
Ada juga yang membuktikan bahwa sering minum soda dapat meningkatkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Enam tahun lalu, PBB memperingatkan bahwa penyakit kronis menimbulkan risiko kesehatan lebih besar dari pada penyakit menular. Dua di antaranya, sindrom metabolik dan diabetes, menyebabkan 19 juta kematian setiap tahun secara global.
"Meningkatnya prevalensi gangguan kardiometabolik sangat terikat dengan urbanisasi yang lebih besar dan penerapan pilihan gaya hidup yang merugikan, termasuk merokok dan diet yang buruk," kata Profesor Faadiel Essop, dari Universitas Stellenbosch, di Afrika Selatan, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (3/11/2017).
Dia menambahkan, mengonsumsi gula berlebihan merupakan salah satu perubahan pola makanan global yang paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Ini dianggap sebagai faktor utama penyakit kardiometabolik.
BACA: Memilih Soda Diet Tak Membantu Kurangi Kalori
Sebagai informasi, satu kaleng soda dari sebuah merek ternama mengandung 39 gram gula pasir dan 140 kalori. Ini 14 gram lebih tinggi dari kebutuhan gula orang dewasa yang direkomendasikan.
Lalu, banyak orang berpikir bahwa meminum soda diet yang mengandung 0 gram gula dan 10 kalori akan menghindarkan efek buruk soda, tetapi menurut para peneliti, risikonya sama seperti soda umumnya.
Pasalnya, diet soda menggunakan pemanis buatan yang tetap memiliki kecenderungan untuk menyebabkan obesitas atau penyakit lainnya.
"Temuan menunjukkan perlunya ada edukasi tentang efek bahaya dari mengonsumsi minuman manis berlebihan," kata Essop.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.