Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2017, 21:45 WIB
|
EditorShierine Wangsa Wibawa

KOMPAS.com -- Sudahkah Anda hafal dengan bentuk penis Anda sendiri? Jika belum, mungkin ini saat yang baik untuk benar-benar mengamatinya.

Pasalnya, sebuah penelitian baru yang dipresentasikan di American Society for Reproductive Medicine menemukan bahwa pria yang memiliki penyakit peyronie atau kondisi penis bengkok memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap beberapa jenis kanker.

Para peneliti menemukan bahwa penis bengkok meningkatkan risiko kanker testis sebesar 40 persen, kanker kulit (melanoma) sebesar 29 persen, dan kanker perut hingga 40 persen.

Hasil ini didapat setelah para peneliti dari Baylor College, Houston, Texas, meninjau lebih dari 1,5 juta data pasien.

Baca juga: Mengapa Penis Tak Bertulang? Sains Ungkap Jawabannya

Mereka menduga bahwa gen yang memicu penis bengkok juga mempengaruhi perkembangan tumor.

Dikutip dari Dailymail, Kamis (2/11/2017), Dr Alexander Pastuszak, pemimpin penelitian ini, mengatakan, meskipun Peyronie signifikan dalam siklus kehidupan seksual dan reproduksi pasien, menghubungkannya dengan gangguan lain menunjukkan bahwa penderita penyakit ini harus dipantau untuk perkembangannya.

Para peneliti juga melakukan analisis genetika lebih jauh tentang ayah dan anak yang sama-sama menderita peyronie. Mereka menemukan bahwa partisipan memiliki gen yang dipahami sebagai bakat kanker urologi.

Baca juga: Teka-teki Penis Bebek yang Bisa Membesar hingga 10 Kali Lipat

Dr Pastuszak juga berkata bahwa kondisi ini memiliki kemiripan dengan penyakit Dupuytren, yaitu kondisi di mana satu atau beberapa jari menjadi tertekuk secara permanen.

Lalu, para peneliti juga menemukan kaitan antara kondisi ini dengan panyekit Ledderhose atau penebalan jaringan kaki.

"Meskipun kita masih perlu memvalidasi beberapa temuan ini dan menerjemahkannya dari laboratorium ke populasi klinis, data ini memberikan hubungan yang kuat, baik secara klinis meupun pada tingkat genetik, antara penyakit peyronie dan dupuytren, dan keganasannya pada pria," sambung Dr Pastuszak.

Baca juga: Kama Sutra Satwa: Kisah Pakar Penis dan Vagina Ungkap Seks Lumba-lumba

Menurut penelitian dari University of Istanbul, Peyronie diyakini memengaruhi 3,7 hingga 7,1 persen laki-laki.

"Namun prevalensi penyakit yang sebenarnya mungkin lebih tinggi karena keengganan pasien untuk melaporkan kondisi memalukan ini kepada dokter," tulis para peneliti.

Seorang juru bicara dari Cancer Research Inggris mengatakan, kami masih belum sepenuhnya mengerti apa yang menyebabkan penyakit Peyronie dan mungkin ada beberapa faktor risiko yang sama dengan kanker.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+