Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filter: Hoax Perusahaan Rokok yang Membahayakan Perokok dan Lingkungan

Kompas.com - 27/10/2017, 17:06 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

Oleh * dan **

Pada 1960-an industri tembakau memperkenalkan filter rokok dengan alasan membuat rokok “lebih aman”. Namun sekarang kita tahu bahwa filter tidak membuat rokok aman, tidak bermanfaat bagi kesehatan, dan merupakan salah satu penyebab utama pengotoran lingkungan.

Awalnya, filter dianggap mampu mengurangi tar dan zat-zat beracun lain, serta mencegah serpihan tembakau masuk ke paru-paru. Segera ditemukan bahwa hal tersebut hanya isapan jempol; bahaya rokok sama saja meski dilengkapi filter. Namun baru bertahun-tahun kemudian masyarakat tahu soal ini. Bahkan sekarang, sebagian besar perokok percaya bahwa rokok dengan filter lebih aman, mungkin karena rasanya lebih ringan.

Mayoritas rokok Australia selanjutnya direkayasa hingga memiliki filter berlubang, yang dimaksudkan untuk memasukkan udara segar ke dalam tiap isapan, dan merokok jadi terasa lebih mudah bagi tenggorokan. Ini merupakan tipuan yang diperkenalkan dengan sebutan “light” dan “mild”, sampai Komisi Konsumen dan Persaingan Australia melarang praktik tersebut, karena menimbulkan kesan rokok yang tidak terlalu berbahaya atau “rendah tar”.

Komisi Konsumer Australia memaksa perusahaan rokok untuk mengubah nama rokok, tapi tidak isinya atau mekanismenya. Sekitar 90% rokok di Australia kini memiliki filter berlubang. Ini mudah dikenali dengan melepas kertas pelapis filter, dan mengarahkannya ke cahaya.

Di Indonesia, tidak ada larangan bagi industri tembakau memasarkan rokok berfilter dengan sebutan “light” dan “mild”.

Apa dampak dari filter?

Filter modern yang lebih besar, dengan lubang-lubang kecil, dimaksudkan untuk memasukkan lebih banyak udara dalam tiap isapan, dan membuatnya terasa “lebih ringan” di tenggorokan. Untuk mendapat dosis nikotin yang konstan, perokok mengisap rokok lebih dalam, dan lebih sering.

Ini menurunkan paparan perokok hanya terhadap beberapa karsinogen, tapi meningkatkan paparan mereka dengan komponen asap yang lebih berbahaya pada fase uap, karena zat tersebut langsung menembus filter dan masuk lebih banyak ke saluran nafas perifer.

Hal ini telah menyebabkan peningkatan besar adenokarsinoma dalam 30 tahun terakhir, karena makin banyak asap yang masuk ke daerah perifer paru, di mana adenokarsinoma biasanya muncul. Pada saat yang sama, kanker sel skuamosa pusat, yaitu kanker pada jaringan paru yang lebih besar, telah berkurang. Namun kenyataan ini tidak berdampak pada jumlah kanker secara keseluruhan.

Sebuah ulasan bukti mengenai filter yang menyebabkan kanker menemukan bahwa ventilasi pada filter menyumbang peningkatan adenokarsinoma yang mematikan, dan merekomendasikan agar ventilasi filter dilarang.

Serat-serat filter juga dapat lepas dan masuk ke paru-paru, dan dapat menyebabkan kanker.

Mengapa jenis kanker penting?

Sebuah studi di Jepang pada 2012 menemukan, lebih banyak kematian pasien dengan adenokarsinoma yang meninggal akibat kanker paru ketimbang pasien dengan karsinoma sel skuamosa. Artinya, adenokarsinoma lebih mematikan.

Di dunia, perempuan cenderung memilih rokok yang mereka anggap “ringan” (berfilter). Di Australia, lebih banyak perempuan Australia yang meninggal akibat kanker paru daripada akibat kanker payudara. Meski kanker payudara lebih umum, tingkat kesembuhannya jauh lebih tinggi dibanding kanker paru.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com