Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fetus in Fetu", Fenomena di Balik Pria dengan Janin dalam Perutnya

Kompas.com - 26/10/2017, 18:58 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ganang Yudho Putra Duri, 17, mengalami hal yang tak lazim pada dirinya. Dia laki-laki. Namun, di dalam tubuhnya, tersimpan janin.

Kamis (26/10/2017), Ganang melakukan operasi pada perutnya untuk mengangkat janin yang tinggal bertahun-tahun dan diketahui mati.

Kala balita, kondisi Ganang baik-baik saja walaupun perutnya terlihat sangat buncit. Hingga kemudian ketika dewasa, dia sulit bernafas.

Dugaan awal, remaja yang berasal dari Desa Panunggalan, Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah, itu menglami pembengkakan hati.

Namun, pemeriksaan di RSI Sultan Agung Semarang kemudian menemukan bahwa Ganang "mengandung" janin.

Masuk rumah sakit pada (19/10/2017), Ganang kemudian dioperasi hari ini. Janin dalam tubuhnya yang berbobot 3 kilogram berhasil dikeluarkan dan langsung dimakamkan.

Baca Juga: Di Dalam Perut Remaja Pria Ini Ada Bayi Berjenis Kelamin Laki-laki

Langka tetapi Bukan yang Pertama

Ganang merupakan anak dari pasangan Masduri dan Sri Munastatik. Ayahnya anggota Babinsa Jambon, Kodim 0717 Purwodadi berpangkat Serda.

Dua kakak Ganang merupakan kembar laki-laki dan dia juga memiliki satu adik perempuan.

Kondisi yang dialami ganang disebut "fetus in fetu", janin yang berkembang di dalam janin dan kemudian ikut di dalam tubuh ketika janin induk dilahirkan.

Kasus Ganang terbilang langka namun bukan yang pertama di dunia.

ABC News pada tahun 2006 melaporkan kasus yang terjadi di India. Remaja bernama Sanju Bhagat mengalami sesak dan ketika diperiksa, ada dua janin di dalamnya.

Dua janin yang berada di dalam tubuh Bhagat diduga merupakan kembar. Janin itu terbentuk bersama Bhagat namun gagal berkembang.

Sementara itu, Medical Daily pada tahun 2015 melaporkan kasus di mana perempuan berusia 40 tahun memiliki 2 janin kembar dalam tubuhnya, tetapi bukan anaknya.

Janin itu telah memiliki wajah, rambut, dan berbagai organ lainnya, terjebak selama 4 dekade dalam tubuh perempuan itu.

Menurut publikasi G Sharma di Journal of Pediatric Surgery pada 2010, kasus fetus in fetu hanya terjadi 1 pada 500.000 kelahiran.

Apa Penyebabnya?

Terkait kasus ini, dokter Boy Abidin SpOG, mengatakan bahwa kasus Ganang bisa dialami jika seorang ibu memiliki janin kembar.

"Ini sebutan kelainan kembar. Fetus in fetu itu ada dua macam. Dia menempel seperti kangguru (External Parasitic) atau dia (janin) masuk di dalam kembanrannya," katanya.

Menurut Boy, yang dialami Ganang merupakan yang kedua. "Namanya Internal Fetus in Fetu," jelas dokter Boy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/10/2017).

Fetus in fetu sendiri merupakan keadaan di awal perkembangan, di mana dalam satu embrio terdapat janin kembar.

Hal ini umumnya terjadi saat trimester pertama kehamilan dan biasanya menyebabkan banyak organ tidak lengkap.

Kejadian seperti ini terjadi saat dalam proses mekanisme pembelahan dan proses mekanisme tumbuh kembang janin di dalam rahim.

Baca Juga: Penjelasan Rumah Sakit soal Bayi yang Ada di Dalam Perut Remaja Pria

"Tapi kalau kenapanya, kita (dokter) enggak pernah mengetahui secara pasti," sambungnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme pembelahan sel.

Dia menyebutkan, faktor seperti usia, ras, paritas (keadaan kelahiran, partus), keturunan, nutrisi, hormonal, dan juga faktor dengan pengobatan infertilitas, dapat meningkatkan resiko kejadian seperti Ganang ini terjadi.

"Ini lebih karena faktor spontan, bisa terdeteksi dengan pemeriksaan USG," jelasnya.

Bagaimana dengan kasus Ganang?

Setelah membaca riwayat Ganang, Boy mengungkapkan bahwa "kembaran" Ganang yang menempel di perutnya itu ikut tumbuh dan membesar.

Hal ini disimpulkannya karena melihat perut Ganang terus membuncit sampai membuatnya sesak nafas.

"Janin tetap memiliki plasenta. Bisa jadi selama ini, dia (kembaran Ganang) menghisap nutrisi yang masuk dalam tubuh Ganang. Bisa tetap hidup," imbuhnya.

"Tapi saya enggak tahu juga, kalau membesar dia hidup. Mungkin dari awal tidak gedhe banget," katanya lagi.

Bagaimana mendeteksi seseorang memiliki kelainan ini? Boy mengungkapkan, bila mencurigiai seseorang memilikinya, maka penting untuk menganjurkan dia menjalani pemeriksaan USG.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau