Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goa Braholo dan Kisah Ribuan Tahun Perkembangan Manusia

Kompas.com - 24/10/2017, 20:10 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Penggalian arkeologis kembali dilakukan di Situs Gua Braholo, Desa Semugih, Rongkop, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Temuan baru berupa tulang manusia modern yang sudah memiliki volume otak 1200 cc menambah kekayaan arkeologis wilayah itu.

Peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas), Thomas Sutikna, mengungkap bahwa misi riset arkeologi di Goa Braholo sebenarnya sudah berlangsung sejak 1996.

Beragam kerangka mulai milik gajah purba hingga manusia ditemukan. Sebanyak 14 kotak ekskavasi menyimpan tembikar, biji-bijian yang terbakar hingga fosil.

Dulu, penggalian dilakukan pada beragam kedalaman, mulai 3-7 meter. Ekskavasi sempat dihentikan karena terhalan blok gamping padahal lapisan bawah masih menyimpan fosil.

Thomas menjelaskan, kekayaan arkeologi Goa Braholo mampu menggambarkan evolusi manusia dan perkembangan kebudayaannya.

Kerangka manusia tertua yang ditemukan di sana berusia 9.000 tahun. Manusia itu bisa disebut sebagai manusia modern awal.

Manusia pada kala itu, sudah mengenal penguburan awal. Jenazah yang mati langsung dikuburkan disertai dengan ritual penguburan.

"Mereka mengenal art, sudah membuat manik-manik dari kerang. Daya imajinasi mereka sudah tumbuh," kata Thomas.

Kerangka manusia yang ditemukan sesudahnya berasal dari masa 2.000 - 3.000 tahun lalu. Manusia itu sudah mengenal ritual memberikan bekal kubur.

"Paling muda jaman neolitikum atau sudah mengenal gerabah 2000 sampai 2500 tahun yang lalu. Kapak Batu, yang sudah dipoles," ucap Thomas saat ditemui pada Selasa (24/10/2017).

Manusia di Goa Braholo hidup berkelompok. Mereka memburu hewan untuk dimakan. Itu diketahui dari sejumlah besar yang temukan kerangkanya.

Semakin muda, ukuran hewan yang ditemukan semakin besar. Sejumlah hewan buruan misalnya rusa, babi, musang, lingsang, dan tikus.

Manusia saat itu juga sudah melakukan pencarian kerang di laut. Mereka membuat manik-manik untuk hiasan dari cangkang kerang itu.

Selain hewan buruan, hewan lain yang hidup pada masa itu juga ditemukan kerangkanya.

"Semakin dalam 13 ribu tahun ke bawah binatangnya semakin membesar seperti sapi, kerbau, badak. Gajah asia hanya ditemukan giginya (Di kedalaman 7 meter), usianya diperkirakan 33 ribu tahun," kata Thomas.

"Usia hewan paling tua 25-33 ribu tahun lalu, namun belum ditemukan mengenai manusianya dari zaman itu. Untuk manusia baru ditemukan di lapisan bagian tengah atau sekitar 7000 (Sebelum Masehi),"ucapnya.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Alifah mengatakan, penggalian di Goa Braholo dilakukan sejak 9 Oktober lalu.

Dalam salah satu lubang penggalian ditemukan rahang, dan belikat rusa, hingga beberapa bagian monyet ekor panjang.

"Ada tulang panjang yang diduga manusia, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," ucapnya.

Sejauh ini, penggalian terdalam dilakukan hingga kedalaman 7 meter. Belum mencapai dasar goa. Dengan demikian, bukan tidak mungkin akan ditemukan benda bersejarah yang usianya lebih tua.

Penelitian yang melibatkan dari beberapa Arkeolog dari Arkenas dan Balai Arkeologi, hingga mahasiswa arkeologi UGM ini akan selesai pada awal November mendatang.

Gua Braholo sendiri menghadap barat daya, terletak pada 357 meter di atas permukaan laut.

Kondisi lantai gua kering dengan langit-langit yang cukup tinggi mencapai 15 meter. Lebar ruangan kurang lebih 39 meter dengan panjang 30 meter. Secara keseluruhan luasannya mencapai 1.172 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau