Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diberi Bangkai Kapal oleh Inggris, Kok Kanada Malah Gembira?

Kompas.com - 24/10/2017, 20:04 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com -- Inggris baru saja menghadiahi Kanada dua buah bangkai kapal. Namun, bangkai kapal yang diberikan Inggris bukanlah bangkai kapal sembarangan. Mereka adalah sisa-sisa dari ekspedisi penjelajah Arktika Sir John Franklin.

Seperti yang dikutip dari AFP, Selasa (24/10/2017), kementerian pertahanan Inggris menjelaskan bahwa dua bangkai kapal HMS Erebus dan HMS Terror, yang pernah menjadi sorotan di masanya, akan dipindahkan ke layanan taman Kanada dalam beberapa minggu mendatang.

Kedua kapal ini tenggelam pada saat Sir John Franklin dan krunya mencoba memetakan Passage Northwest melalui Artika pada 1840an.

Keduanya baru ditemukan pada 2014 dan 2016 sekitar 48 kilometer di dekat pulau King William atau sekitar 2.000 kilometer dari Toronto.

Baca juga: Bangkai Kapal Perang Bersejarah USS Indianapolis Ditemukan 

Berdasarkan kesepakatan kedua negara, bangkai kapal tersebut adalah milik Inggris, meskipun Kanada juga memiliki hak asuh dan kendali.

Pada Senin (23/10/2017), pihak kementerian pertahanan Inggris yang mengumumkan pengalihan kepemilikian ini juga menegaskan bahwa Inggris telah menyimpan sampel artefak kecil dari kedua bangkai kapal tersebut.

"(Kami) akan memastikan bahwa bangkai kapal dan artefak ini dilestarikan untuk generasi mendatang," kata Michael Fallon, Menteri Pertahanan Inggris dikutip dari Washington Post, Senin (23/10/2017).

Sir John Franklin dan 128 krunya pada 1845 menemukan jalan pintas ke Asia yang konon berasal dari Atlantik ke Pasifik melalui Artik. Namun, di tengah perjalanannya, kedua kapal tersebut karam.

Semua krunya meninggal dan membuat pelayaran ini menjadi tragedi terburuk dalam sejarah penjelajahan Artik.

Baca juga: RI-Australia Kirim Penyelam ke Bangkai Kapal HMAS Perth di Selat Sunda 

Para sejarawan percaya bahwa kedua kapal tersebut terjebak dalam es tebal pada 1846 dan Franklin serta awak lainnya meninggal pada bulan-bulan setelahnya.

Sementara itu, orang-orang yang selamat meninggalkan kedua kapal tersebut pada April 1848 dengan harapan mencapai tempat yang aman di darat.

Kisah ini didukung oleh legenda bangsa Inuit, suku asli Amerika yang tinggal di daerah Kanada utara, yang menyebutkan datangnya orang-orang kulit putih yang kelaparan pada tahun 1850.

Pencarian oleh Inggris dan Amerika pada tahun-tahun berikutnya tidak membuahkan hasil. Bahkan, beberapa ekspedisi berakhir tragedi.

Sejak itu, pamor kedua kapal tersebut naik drastis dan termasuk "harta karun" yang paling dicari dalam sejarah arkeologi kelautan.

Pada 2008, Kanada mengumumkan dimulainya pencarian kedua bangkai kapal tersebut yang ternyata membuahkan hasil.

Baca juga: Australia Ajak Indonesia Lindungi Bangkai Kapal Perang di Selat Sunda

HMS Terror ditemukan 24 meter dari perairan teluk Terror, sebelah barat komunitas Gjoa Haven. Lokasi tersebut tepat seperti yang dikatakan oleh seorang pemburu Inuit.

Pemerintah Kanada pun mengakui bahwa kontribusi suku Inuit dalam pencarian ini sangat berharga dan Catherine McKenna selaku menteri lingkungan hidup Kanada berkata bahwa pemerintah Kanada akan berbagi kepemilikan kapal dengan warga Inuit.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Inggris atas niat mereka memberikan hasiah kapal HMS Erebus dan HMS Terror ke Kanada," kata McKenna dikutip dari thestar.com, Senin (23/10/2017).

"Sekarang, kami akan terus bekerja sama dengan mitra Inuit kami untuk melindungi dan mempresentasikan dua lokasi kapal dan artefak tersebut untuk generasi mendatang." sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com