Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Fani Laluyen Berdayakan Diri dan Desa dengan Tanaman Obat

Kompas.com - 20/10/2017, 22:34 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

MINAHASA, KOMPAS.com  - Sudah setahun lamanya, Fani Laluyen mulai menanam tanaman obat keluarga (TOGA) di halaman rumahnya. Dengan percaya diri, wakil ketua PKK Kelompok Jaga 4 di Desa Pinilih, Minahasa, Sulawesi Utara ini menjelaskan setiap TOGA yang ditanamnya dan manfaatnya.

"Paling banyak ekor tikus, sambung nyawa, daun sirsak, sambiloto, pandan, ubi ungu, ginseng, dan daun afrika," katanya saat ditemui di Desa Pinilih, Minahasa, Sulawesi Utara.

Fani bercerita bahwa kebun TOGA-nya berawal dari kesadaran, tetapi kemudian pemerintah, melalui puskesmas, memberikan penyuluhan yang menjelaskan manfaat-manfaat dari tanaman herbal yang ada di Minahasa dan menghimbau masyarakat desa Pinilih untuk mulai menanamnya.

"Langsung kami praktekan dan ternyata memang bermanfaat. Tanaman-tanaman ini memang sudah ada tapi dulu belum dipakai (masyarakat) karena kami belum tahu manfaatnya," ujar Fani.

Sejak saat itu, masyarakat Desa Pinilih berubah. Kini, hampir semua masyarakat di desa Pinilih sudah menanam sekitar 30-50 jenis TOGA dan menghafal penggunaan dari setidaknya 25 jenis TOGA. Secara total, jenis TOGA di desa ini mencapai 150.

Mereka menggunakan ramuan yang diracik dari tanaman-tanaman tersebut, sebagai pertolongan pertama dalam upaya mengobati berbagai macam penyakit, termasuk asam urat, gula, kolesterol, hipertensi, dan batuk.

"Saya sendiri di tahun 2017 jarang ke puskesmas karena sudah ada obat herbal. Kalau ke puskesmas hanya untuk pemeriksaan lalu obati sendiri di rumah," kata Fani.

Kisah Fani dibenarkan oleh dr Lidya Tulus, kepala bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.

Kepada Kompas.com pada Kamis (19/10/2017) di Desa Pinilih, Minahasa, Sulawesi Utara, dia berkata bahwa Direktorat Pengobatan Tradisional telah membuat buku untuk merawat dan mengolah tanaman tradisional.

Menggunakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), puskesmas kemudian melakukan kerja sama lintas sektor yang menggandeng ibu-ibu PKK untuk mengadakan penyuluhan yang diterima baik oleh masyarakat Desa Pinilih.

"(Desa) ini percontohan untuk minahasa utara. Nanti akan ditularkan ke desa lainnya," kata Lidya.

Akan tetapi, keberhasilan program TOGA ini tentunya sangat bergantung pada masyarakat dan pemerintah desa.

Bila pemerintah desa telah berkomitmen, Lidya tidak ragu bila masyarakat akan mengikuti.

Berdasarkan pengamatannya, setiap masyarakat sebetulnya sudah memiliki TOGA. "Di tanah Minahasa Utara, dilempar saja tanamannya bisa tumbuh. Jadi sangat gampang. Cuma kita bangun komitmen dari pemerintah desa agar sinkron dengan puskesmas. Ini kan masalah kesehatan, jadi puskesmas yang membina," katanya.

Di sisi lain, masyarakatnya pun juga harus mau dibina dan diatur. "Kalau masyarakatnya tidak mau diatur ya program-program pemerintah tidak akan jalan," ujarnya.

Untungnya, baik masyarakat maupun Hukum Tua di Desa Pinilih memiliki kesadaran yang tinggi. Bila datang ke sini, Anda akan bisa menyaksikan sendiri, puluhan TOGA yang tumbuh di kebun-kebun masyarakat. Tanaman tersebut telah dipastikan oleh Lidya telah ditanam bertahun-tahun.

Kini, tugas dari puskesmas di desa Pinilih adalah meneruskan pengetahuan tersebut ke generasi muda hingga bertahun-tahun mendatang. "Jangan sampai warisan leluhur hilang begitu saja," ujar Lidya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau