Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 100 Kuda Nil Ditemukan Mati Mengambang, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 14/10/2017, 20:31 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com -- Pemandangan memilukan terlihat di Taman Nasional Bwabwata di Namibia Afrika. Sejumlah kuda nil ditemukan mati mengambang di sungai.

Pihak otoritas taman nasional belum mengetahui penyebab pasti dari kematian massal kuda nil ini. Namun, wabah antraks diduga menjadi biang matinya hewan omnivora ini.

Meski jumlah pastinya belum diketahui, tetapi otoritas memperkirakan ada sekitar 100 ekor kuda nil yang telah mati.

Korban pertama dari wabah tersebut ditemukan oleh petugas taman pada tanggal 1 Oktober yang lalu, tetapi dalam waktu kurang dari dua minggu, wabah menyebar dengan cepat dan membunuh sekitar 109 kuda nil.

(Baca juga: Fenomena Langka, 2 Kuda Nil Selamatkan Wildebeest dari Buaya Ganas)

"Lebih dari 100 kuda nil mati dalam seminggu terakhir. Penyebab kematian tidak diketahui, tetapi tanda-tanda mengarah pada wabah antraks," terang Pohamba Shifeta, Menteri Lingkungan Namibia, dikutip dari Science Alert, Kamis (12/10/2017).

"Pada saat ini, dokter hewan kami sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kematian. Begitu hasilnya diketahui, kami bisa memutuskan rencana kedepannya," lanjut Shifeta.

Jika antraks menjadi penyebab matinya kuda nil-kuda nil tersebut, mungkin spesies tersebut bukanlah satu-satunya korban wabah.

Sejumlah bangkai kerbau juga dilaporkan telah ditemukan. Lalu, ada kekhawatiran bila buaya yang mengincar bangkai kuda nil bisa terinfeksi antraks yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis ini.

Penduduk setempat, serta otoritas Namibia, mencurigai adanya antraks berdasarkan riwayat wabah di wilayah Afrika.

Sebelumnya, diperkirakan ada 300 orang yang meninggal di Uganda pada tahun 2004 setelah minum air yang terkontaminasi bakteri antraks, begitu juga pada tahun 2010 yang lalu meski korbannya tidak terlalu banyak.

(Baca juga: Inilah yang Terjadi Ketika Seekor Singa Membuat Kuda Nil Kaget)

"Ini adalah situasi yang telah kita lihat sebelumnya," kata Colgar Sikopo, Direktur Taman Margasatwa dan Pengelolaan Margasatwa Namimbia.

Dia melanjutkan, kejadian seperti ini juga pernahh sebelumnya terjadi di Zambia, dan terutama terjadi ketika debit sungai menyusut.

Bagaimanapun, otoritas Namibia berharap agar Taman Nasional Bwabwata dapat mencegah penyebaran antraks ke satwa liar lainnya di wilayah ini.

Selain satwa liar, sekitar 5.500 orang diperkirakan tinggal di Taman Nasional Bwabwata, dan pihak berwenang memperingatkan mereka untuk mewaspadai daerah yang terdampak dan tidak mengonsumsi daging kuda nil.

"Kami sangat menyarankan agar mereka tidak mengonsumsi daging ini," kata Sikopo.

"Apa yang kita lakukan adalah membakar setiap bangkai untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, tetapi juga untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang memanfaatkan daging kuda nil yang sudah mati ini," imbuhnya.

Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam memasukkan kuda nil sebagai spesies yang rentan. Sekitar 1.300 spesies diperkirakan tinggal di Namibia sebelum wabah ini terjadi. Angka tersebut tampknya perlu dihitung kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com