Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 110 Tahun, 1.081 Tengkorak Curian dari Afrika Diteliti

Kompas.com - 09/10/2017, 22:26 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com -- Pada saat ini, sekitar 1.081 tengkorak manusia sedang disimpan di luar Berlin.

Tengkorak-tengkorak tersebut pada awalnya merupakan koleksi etnografer Felix von Luschan. Namun, kini mereka berada di bawah perawatan Yayasan Warisan Budaya Prusia yang akan memulai proyek untuk menggali informasi tentang tengkorak-tengkorak tersebut.

Tidak banyak yang diketahui oleh para peneliti mengenai tengkorak-tengkorak ini, tetapi tulisan pada tempurung menunjukkan daerah asal dan waktu mereka ditemukan.

Menurut tulisan tersebut, Von Luschan mengumpulkan mereka bersama kolektor Jan Czekanowski dari berbagai daerah di Afrika, termasuk Rwanda, Tanzania, dan Burundi, pada awal 1900-an dan membawa mereka ke Jerman.

"Sepertinya [von Luschan] mendapatkan mereka dari beberapa tempat pemakaman, mungkin dari suku-suku, atau yang ditemukan di sekitarnya," kata Bernhard Heeb, yang memimpin proyek penelitian oleh Yayasan Warisan Budaya Prusia seperti diwartakan Newsweek, Jumat (6/10/2017).

Dia melanjutkan, "(von Luschan) mengumpulkan, terkadang, tengkorak yang ditemukannya di jalan atau di samping jalan."

Staatliche Museen zu Berlin, Museum für Vor- und Frühgeschichte Tulisan pada tengkorak S 2548.

Von Luschan memang sosok yang kontroversial pada kala itu.

Dia memperdebatkan persamaan ras dan pernah menulis bahwa manusia “berasal dari satu keturunan yang sama” dan "tetapi [etnisitas] mungkin berbeda, seseorang tidak harus lebih rendah dari yang lain.”

Akan tetapi, beberapa karyanya, terutama soal skala warna kulit, bisa dianggap rasis oleh standar saat ini. Pasalnya, skala tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan ras manusia berdasarkan warna kulit.

Tujuan von Luschan mengumpulkan lebih dari 1.000 tengkorak juga tidak kalah mengejutkan. Dia berencana menggunakan mereka untuk mendokumentasikan evolusi manusia dan mendeskripsikan perbedaan bentuk tengkorak berdasarkan daerahnya.

Ironisnya, von Luschan tidak pernah berhasil mempelajarinya. "Karena dia tidak punya tempat, bahan, uang, dan pada akhirnya, waktu," kata Heeb.

Sejak saat itu, tengkorak-tengkorak tersebut telah melewati dua perang dunia dan diperdagangkan beberapa kali sebelum sampai di tangan Yayasan Warisan Budaya Prusia sekitar 10 tahun yang lalu.

Yayasan Warisan Budaya Prusia telah membersihkan, memperbaiki, dan mendokumentasikan seluruh tengkorak-tengkorak tersebut. Para peneliti juga berencana untuk mengunjungi berbagai daerah yang tertera pada tengkorak dan bekerjasama dengan Kedutaan Rwanda untuk mendapatkan infomasi tambahan.

Setelah 110 tahun lamanya, 1.081 tengkorak tersebut mungkin akan dikembalikan ke negara asal mereka, dipelajari lebih lanjut, atau dikuburkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com