Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2017, 16:44 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.comGunung Agung di Karangasem, Bali telah ditetapkan berada dalam status “awas” karena peningkatan aktivitas.

Warga di sektor barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara seluas 12 Km telah diungsikan untuk menghindari korban jiwa.

Peningktan aktivitias ini terjadi setelah Gunung Agung tertidur dalam waktu lebih dari setengah abad.

Erupsi terakhirnya terjadi pada 18 Februari 1963 dan berakhir hingga 27 Januari 1964. Korban jiwa mencapai 1.148 orang dan 296 orang mengalami luka-luka.

Bila dibandingkan dengan gunung seperti Merapi, jeda erupsi gunung Agung cukup lama. Apa sebabnya?

Pakar vulkanologi Surono mengatakan, lamanya erupsi dipengaruhi oleh pengisian kantung magma.

Dalam kasus peningkatan aktivitas Gunung Agung, kantung magma yang terisi berbarengan dengan kantung magma Gunung Batur.

“Bisa terjadi kantung magma Gunung Agung itu bersamaan dengan Gunung Batur, kan berjejeran,” kata Surono saat dihubungi, Senin (25/9/2017).

Dengan kantung magma yang besar, waktu yang dibutuhkan untuk mengisinya memang cukup lama.

Baca Juga: 9 Tanda Tekanan Magma ke Puncak Gunung Agung Kian Nyata dan Kuat

Saat naik, magma lantas terbelah, menjadi dua, ke Gunung Agung dan Gunung Batur.

Tak semua kantung magma gunung berapi dalam. Menurut Surono, kondisi itu terjadi di Gunung Merapi dengan kedalam kantung magma "hanya" sekitar 1.500-2.000 meter dari puncak kawah.

Entah kantung magmanya besar atau kecil, gunung api biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk aktif lagi.

Pasalnya, dengan sifat magma Indonesia yang kental, butuh waktu untuk mengisi penuh kantung magma.

“Perlu tenaga sangat besar untuk membuat magma migrasi dari kantung yang lebih bawah ke kantung yang lebih dangkal atau yang dekat dengan kawah,” kata Surono.

Magma yang ingin keluar akan membentuk rekahan. Pergerakan magma juga ditandai dengan adanya gempa vulkanik. Pergeseran ini juga disebut dengan migrasi fluida. Selain magma, uap dan gas juga ikut bergerak.

“Atau bisa campuran dari ketiga itu. Bergerak menuju ke permukaan, menimbulkan rekahan dan terjadi gempa vulkanik,” kata Surono.

Menurut Surono, dari gempa vulkanik dapat dipelajari kandungan yang telah mendekat ke permukaan. Setiap ketiga fluida itu memiliki letusan yang berbeda.

“Misalnya kalau dominan keretakan di permukaan itu adalah uap, paling letusanya uap nantinya,” kata Surono.

Baca Juga : 1963, Erupsi Gunung Agung Berlangsung Hampir Satu Tahun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Kita
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Kita
Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Oh Begitu
Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Mengapa Ikan Bau Amis?

Mengapa Ikan Bau Amis?

Oh Begitu
Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Minyak Kelapa Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Alasannya

Kita
Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Mengapa Wajah Memerah Saat Malu?

Oh Begitu
Siapakah Koboi Pertama Amerika?

Siapakah Koboi Pertama Amerika?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com