Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan, Gua di Antartika yang Hangatnya bagai Sauna

Kompas.com - 10/09/2017, 21:25 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com - Dunia yang tak terduga dan bisa saja menjadi hunian baru manusia ternyata tak cuma ditemukan di antariksa.

Ilmuwan Australia melakukan penelusuran gue es di bawah gletser Antartika, tepatnya di sekitar Gunung Erebus, sebuah gunung berapi aktif di Pulau Ross di Antartika.

Profesor Craig Cary, peneliti dari Universitas Waikato Selandia Baru sebenarnya hanya ingin mengumpulkan tanah dari gua itu.

Namun, ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Ia merasakan suhu hangat, sekitar 20an derajat celsius.

"Seperti di dalam sauna. Tapi sauna di dalam es. Luar biasa bukan?," katanya.

"Di atasmu ada lapisan es, tetapi ada tanah di bagian bawah. Ini perasaan yang sureal. Tenang, tak berangin, dan hangat tapi masih ada di Antartika," ujar Cary menggambarkan suasana di dalam gua.

"Sampai-sampai Anda bisa memakai T-shirt dan cukup nyaman berada di bawah sana. Ada cahaya di dekat mulut gua, dan filter cahaya lebih dalam ke beberapa gua di mana es di atasnya sangat tipis," imbuhnya seperti dikutip ABC, Jumat (8/9/2017).

Dr Ceridwen Franser, peneliti lain dari ANU Fenner School of Environment and Society yang ikut dalam ekspedisi ini mengatakan, kondisi gua yang hangat bisa mendukung pertumbuhan hewan dan tumbuhan.

Benar saja, analisis forensik sampel tanah di gua tersebut kemudian menunjukkan jejak DNA dari ganggang, lumut dan hewan kecil.

"Kita memang belum melihat tanaman dan hewan yang sebenarnya. Jadi kita tidak bisa yakin mereka pernah tinggal disini," katanya.

"Tetapi kita mengambil DNA tanaman dan hewan tersebut di dalam gua, yang berarti juga mungkin pernah ada komunitas yang tinggal di bawah es yang sebelumnya tidak kita ketahui," lanjutnya.

Sebagian besar DNA yang ditemukan di gua mirip dengan DNA dari tumbuhan dan hewan yang ditemukan di tempat lain di Antartika namun memang tidak semua bisa teridentifikasi.

"Namun hasil dari penelitian ini memberi gambaran mengenai apa yang mungkin hidup di bawah es di Antartika, bahkan membuka kemungkinan ditemukan adanya spesies baru hewan dan tumbuhan," kata Fraser.

Sebelumnya peneliti sudah menemukan adanya komunitas bakteri dan jamur di gua vulkanik Antartika.

Namun Cary mengatakan bahwa temuan baru di sekitar Gunung Erebus menunjukkan, apa yang hidup di dalam gua Antartika bisa lebih beragam daripada yang kita perkirakan.

Saat analisis forensik DNA sudah selesai, peneliti akan kembali ke gua untuk menyelidi lebih dalam lagi penemuan mereka.

"Saya kira penting untuk menjawab bagaimana tumbuhan dan hewan tersebut bisa berada disana, darimana mereka berasal dan apakah populasi mereka juga tersebar di tempat lain," imbuh Cary.

Penelitian ini sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional Polar Biology.

sumber dan gambar http://www.abc.net.au/news/2017-09-08/antarctica-ice-caves-research-new-species-of-plants-and-animals/8884508 http://www.sciencealert.com/scientists-are-closing-in-on-warm-caves-under-antarctica-which-could-support-secret-life

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau