KOMPAS.com -– Narsisisme seringkali dianggap sebagai tindakan yang mengagumi diri sendiri dalam takaran berlebih. Dari luar, seorang narsisis mungkin terlihat sangat puas dengan dirinya sendiri. Namun, hal sebaliknya justru terjadi.
Penelitian terbaru mengungkapkan, seseorang yang memiliki narsisisme justru mengalami penderitaan emosional ketika melihat fotonya sendiri.
Hal itu terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Graz di Austria. Mereka melakukan survei terhadap sekitar 600 orang untuk menemukan orang-orang dengan narsisisme tingkat rendah maupun tinggi.
Untuk mengetahuinya, para peneliti meminta para responden menanggapi sejumlah pertanyaan pada Tes Kepribadian Narsistik (NPI). Di dalamnya, terdapat pernyataan seperti “Saya pikir saya adalah orang istimewa" dan "Saya tidak lebih baik atau lebih buruk daripada kebanyakan orang".
Dari jumlah itu, tersaring 43 orang, 21 orang termasuk kategori narsisisme tinggi dan sisanya berada dalam taraf narsisisme rendah.
Para peserta lalu diminta mengamati foto mereka sendiri, teman-teman dekat mereka, dan orang asing selagi para peneliti memindai aktivitas otak yang sedang terjadi dengan Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI).
Hasilnya? Terjadi peningkatan aktivitas otak di sisi atas dan bawah anterior cingulate cortex (ACC) yang terkait dengan pengolahan materi negatif diri ketika seorang pria dengan narsisisme tinggi melihat fotonya sendiri.
Menurut para peneliti, hasil ini menunjukkan bahwa narsisis sebenarnya sedang bergulat dengan penilaian negatif terhadap diri mereka sendiri di tingkat bawah sadar.
"Ini menunjukkan ambiguitas atau konflik citra diri orang narsistik. Fenomena ini sebenarnya sangat terkenal di antara terapis, tetapi mungkin kurang diketahui oleh umum," kata Emanuel Jauk kepada PsyPost.
Dilansir dari Science Alert 31 Agustus 2017, penelitian Jauk dan koleganya masih memiliki berbagai keterbatasan, termasuk jumlah sampel yang kecil, dan hubungan narsisisme dengan aktivitas otak yang tidak ditemukan pada responden wanita.
Untuk itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan yang dipublikasi dalam jurnal Scientific Report tersebut.
"Kami berpikir bahwa penelitian kami dapat membantu meningkatkan kesadaran bahwa narsisis tidak sekadar orang yang 'jahat' saja, tetapi narsisisme itu adalah cara untuk mengekspresikan konflik dengan keyakinan dan perasaan yang terkait dengan diri sendiri," kata Jauk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.