KOMPAS.com -– Mari kita ajukan pertanyaan sederhana. Saat di mal, misalnya, seberapa cepat Anda berjalan kaki ketika memburu barang yang diinginkan?
Mengesampingnkan seberapa panjang kaki yang Anda miliki, sebuah riset terbaru yang dipublikasikan di European Hearth Journal edisi 21 Agustus 2017 menyebutkan bahwa kecepatan berjalan dapat menunjukkan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Selama masa studi enam tahun, para peneliti dari University of Leicester, Inggris, menemukan bahwa seseorang dengan kecepatan berjalan yang lambat memiliki kemungkinan meninggal karena penyakit jantung sekitar dua kali lipat dari mereka yang berjalan cepat.
(Baca juga: Dilema Jalan Kaki di Indonesia dan Dampaknya pada Kesehatan)
Para peneliti melibatkan lebih dari 420.000 orang dewasa usia menengah di Inggris dan meminta mereka menilai sendiri kecepatan jalannya.
Para peneliti juga memperhitungkan sejumlah faktor, seperti kebiasaan berolahraga, program diet, dan apakah peserta merokok atau minum alkohol. Selain itu, para peserta juga menjalani tes latihan di laboratorium untuk mengetahui tingkat kebugaran.
Saat penelitian dimulai, tak ada satu pun diantara mereka yang tercatat mengidap penyakit jantung. Enam tahun pun berlalu. Sekitar 8.600 partisipan meninggal. Dari jumlah itu, 1.650 meninggal karena penyakit jantung.
Setelah dianalisis, pejalan kaki yang lambat ternyata mempunyai risiko meninggal karena penyakit jantung sebanyak 1,8 dan 2,4 kali dibandingkan pejalan cepat selama masa penelitian.
(Baca juga: Lebih Langsing dengan Berjalan Kaki)
Risiko tertinggi ditujukan kepada peserta dengan indeks massa tubuh (BMI) yang rendah atau sarcopenia, hilangnya massa otot akibat penuaan.
"Kecepatan berjalan yang dilaporkan sendiri dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu yang memiliki tingkat kebugaran fisik rendah dan, akibatnya, risiko kematian yang lebih tinggi akibat penyakit jantung,” kata salah satu peneliti, Tom Yates, dari University of Leicester di Inggris.
Dilansir dari Live Science 29 Agustus 2017, para peneliti membutuhkan lebih banyak riset untuk memvalidasi temuannya. Selama masa studi, para peneliti juga ingin melihat korelasi kecepatan berjalan dengan risiko kematian akibat kanker. Sayangnya, belum ada kaitan yang konsisten.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.