Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains di Balik Fenomena Merinding, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Kompas.com - 21/08/2017, 18:57 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Setiap kali merasakan dingin, takut akan hantu atau ketinggian, hingga mengingat pengalaman menyakitkan, manusia merinding.

Apa yang sebenarnya trerjadi di balik fenomena merinding itu? Apa pula tujuannya? George A. Bubenik, ahli fisiologi dari University of Guelph di Ontario memberio jawaban.

Dalam tulisannya di Scientific American, Bubenik menguraikan bahwa merinding adalah fenomena dan ekspresi tubuh yang diwariskan dari hewan-hewan moyang manusia.

Ayam dan kerbau pun sebenarnya bisa merinding. Sama seperti manusia, tandanya adalah terangkatnya bulu-bulu tubuhnya.

Baca Juga: Inilah Alasan Sebenarnya Manusia Belum Menemukan Alien

Merinding dipicu oleh kontraksi otot yang terhubung dengan rambut atau bulu tubuh. Kontraksi menyebabkan cekungan di permukaan kulit dan pengangkatan pada area sekitarnya.

Pada hewan, bulu yang berdiri cukup berfungsi. Misalnya, membantu menghangatkan tubuh. Namun, pada manusia yang miskin bulu tubuh, merinding sebenarnya tak terlalu berguna.

Bagaimana suhu dingin, terancam, dan takut bisa memicu merinding? Itu sebenarnya terkait dengan reaksi hormonal tubuh.

Saat merasa takut atau dingin, tubuh mengalami stress. Akhirnya, tubuh pun mengeluarkan hormon adrenalin. Nah, adrenalin selanjutnya memicu kontraksi otot pada permukaan kulit.

Tak setiap pelepasan adrenalin berujung merinding. Dampak lainnya bisa berupa peningkatan tekanan darah, berkeringat, atau gemetar.

Baca Juga: Mengapa Orang Cerdas Cenderung Jadi Ateis?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau