Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Mengungkap Bagaimana Ayam dari Asia Bisa Sampai ke Afrika

Kompas.com - 19/08/2017, 16:06 WIB
Monika Novena

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com -- Jalur perdagangan tidak hanya membuka jalur-jalur perekonomian antarbenua. Di masa lampau, jalur perdagangan juga berperan dalam penyebaran fauna dari satu benua ke benua lainnya.

Seperti yang terjadi pada ayam domestik dan tikus hitam Asia ini, jalur perdagangan membawa mereka ribuan kilometer dari asalnya menuju ke Afrika timur.

Penelitian yang dilakukan oleh Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman mengungkap bahwa ayam dan tikus sampai di pantai timur Afrika melalui jalur maritim pada abad ke-7 dan ke-8. Mereka dibawa oleh para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di wilayah tersebut.

(Baca juga: Kisah Wildebeest yang Berkorban untuk Hidupkan Afrika)

"Sejak lama arkeolog memperdebatkan soal waktu, mekanisme serta konteks sosial bagaimana tanaman dan hewan Asia bisa masuk Afrika bagian timur," kata Dr Nicole Boivin, peneliti di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman dikutip dari Daily Mail, Jumat (18/8/2017).

Satu teori mengatakan bahwa spesies Asia masuk ke Afrika sudah sejak 3000 SM. Namun, ada pula teori lain yang lebih sederhana mengungkapkan jika hewan-hewan ini masuk Afrika pada abad pertengahan melalui rute perdagangan maritim.

Untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana fauna Asia bisa masuk ke Afrika, peneliti melakukan analisis DNA dan protein purba.

Prendergast dan kolega Peta penyebaran ayam dan tikus hitam Asia di Afrika

Peneliti menganalisis DNA dan protein dari 496 sampel tulang dari 22 pulau, daerah pesisir dan pedalaman Afrika timur. Dalam analisis tersebut, peneliti menerapkan berbagai teknik baik itu pada tulang, DNA purba, dan juga protein. Kemudian, mereka mencatat penanggalan sampel radiokarbon.

Tim peneliti kemudian mengonfirmasikan bahwa ayam-ayam sampai ke lokasi pelabuhan terbuka di Pulau Zanzibar, Tanzania, pada awal abad ke-7 hingga abad ke-8 Masehi.

Orang-orang yang tinggal di lokasi tersebut diketahui telah terlibat dalam perdagangan maritim di Samudra Hindia, dan ayam diperkenalkan melalui jaringan perdagangan ini hingga menyebar ke pedalaman.

Namun, butuh beberapa periode waktu dalam penyebaran ayam domestik ke berbagai wilayah Afrika. Selama abad pertengahan, perdagangan cukup intens terjadi di wilayah itu. Cukup banyak bukti arkeologi yang menunjukkan adanya jalur perdagangan yang besar, seperti ditemukannya berbagai keramik, manik-manik, dan tanaman Asia.

(Baca juga: Misteri Hewan yang Bikin Charles Darwin Bingung Kini Terpecahkan)

Akan tetapi, penyebaran tikus hitam sedikit berbeda. Cenderung dianggap hama, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE ini mengungkapkan bahwa penyebaran tikus terjadi karena hewan tersebut terbawa dalam kapal-kapal dagang seperti banyak kasus penyebaran tikus lainnya di seluruh dunia.

Menggunakan Zooarchaeology by Mass Spectrometry (ZooMS), sebuah metode yang digunakan untuk menganalisis protein purba dan mengidentifikasi spesies melalui kolagen mereka, tikus-tikus ini diketahui muncul di Afrika dengan rentang waktu yang berdekatan dengan menyebarnya ayam.

Meski begitu, kedatangan tikus ini juga menjadi salah satu sebab kemunculan wabah. Tikus juga mengubah ekosistem di banyak pulau secara global. Penelitian lebih lanjut pun dibutuhkan untuk mempelajari dampak tikus di kepulauan Afrika timur dan penyebarannya secara global.

Mark Horton Penggalian di Gua Kuumbi, Zanzibar, Tanzania

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau