KOMPAS.com -- Sebuah penelitian di New South Wales, Australia berhasil membuktikan kalau tes kemampuan otak sederhana ternyata tidak hanya mampu memprediksi risiko seseorang mengidap demensia tapi juga risiko mereka semakin dekat dengan ajal.
Penelitian ini membuktikan kalau ternyata bukan hanya faktor waktu reaksi atau interval waktu antara diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon) saya yang dapat mengindikasikan risiko kematian yang lebih tinggi di kalangan orang lanjut usia, tapi juga seberapa bervariasinya waktu reaksi tersebut.
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan ilmuwan di University of New South Wales (NSW) yang mempelajari 861 orang berusia antara 70 dan 90 tahun selama delapan tahun dengan menggunakan tes cepat dan sederhana untuk mengukur penurunan fungsi otak.
Para peneliti menyimpulkan bahwa lansia yang memiliki performa fungsi otak buruk memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Penulis utama dalam penelitian ini, Dr Nicole Kochan mengatakan bahwa hasil ini tetap bertahan meski faktor risiko kematian konvensional diperhitungkan.
"Kami sekarang tahu bahwa bahkan dengan mengabaikan penurunan kognitif, orang-orang dengan waktu respons yang lebih tidak menentu ini bisa berada lebih dekat dengan ajal atau kematian," katanya.
Jika seseorang memiliki waktu reaksi yang lebih bervariasi daripada rata-rata waktu reaksi dalam kelompok lansia yang diteliti, maka risiko kematian mereka dalam kurun waktu delapan tahun meningkat 35 persen.
Dr Nicole Kochan menyarankan bahwa waktu reaksi yang tidak konsisten bisa menjadi semakin berlebihan tidak hanya seiring dengan bertambahnya usia, tapi saat anda mendekati kematian.
"Tes ini sangat berharga dan menarik karena kami pikir ini adalah penanda fungsi otak," katanya.
"Dan pada orang yang berusia lebih tua hal ini bisa menjadi penanda terjadinya penuaan yang dipercepat."
Dr Nicole Kochan mengatakan beberapa orang menemukan tes itu menyenangkan untuk dimulai, "kecuali jika mereka takut pada komputer".
Tapi beberapa orang, katanya, mengkhawatirkan apa saja yang tes ini dapat ketahui mengenai kondisi otak mereka.
"Seiring bertambahnya usia, anda memperhatikan beberapa penyimpangan memori, dan sangat wajar jika memilikinya. Orang mulai khawatir dan mereka berpikir, 'Apa pentingnya hal itu?'
Tes ini dilakukan dengan cara peserta diminta menyelesaikan dua tes waktu reaksi yang terkomputerisasi sebagai awalan, dan kemudian sebagai bagian dari penilaian medis dan neuropsikologis komprehensif setiap dua tahun.
Masing-masing responden dihadapkan pada sebuah tablet berlayar besar, dan diminta untuk menempatkan jari mereka di lingkaran 'rumah utama' yang berbentuk bulatan hitam.