Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja India Ini Ciptakan Aplikasi yang Cegah Kebutaan Akibat Diabetes

Kompas.com - 12/08/2017, 17:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –- Kavya Kopparapu, seorang remaja perempuan asal India menciptakan sebuah aplikasi untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat diabetes melitus atau diabetic retinopathy (DR). Dengan temuannya, pemeriksaan dan diagnosis DR menjadi lebih sederhana dan murah.

Saat seseorang mengalami DR, pembuluh darah di retina menjadi rusak hingga mengakibatkan kebutaan. Kebutaan seperti ini sebenarnya dapat dicegah. Namun, biaya pemeriksaan dan keterbatasan staf ahli membuat prosedur pencegahan DR hanya dapat diakses oleh sebagian orang.

(Baca juga: Gampang Dideteksi tetapi Sering Diabaikan, Inilah Realita Hipertensi)

"Kurangnya diagnosis adalah tantangan terbesar. di India, ada program yang mengirim dokter ke desa dan daerah kumuh, tapi ada banyak pasien dan hanya beberapa dokter spesialis mata," kata Kopparapu kepada IEEE Spectrum.

Bersama saudara laki-lakinya Neeyanth dan teman sekelas Justin Zhang, Kopparapu membuat aplikasi di telepon genggam untuk memeriksa mata dengan bantuan kecerdasan buatan dan cetakan lensa 3D sederhana. Sistem tersebebut dinamakan Eyeagnosis.

EyeagnosisKavya Kopparapu/IEEE Spectrum Eyeagnosis

Kopparapu melatih jaringan saraf tiruan untuk mengenali gambar tampilan DR. Bersama dengan timnya, mereka mencari jaringan yang sesuai dan memutuskan untuk menggunakan Microsoft ResNet-50.

Jaringan saraf tiruan ini membuat mesin memindai kumpulan data dari 34.000 pemindaian retina dari National Institute of Health (NIH). Selain itu, Kopparapu juga berkonsultasi dengan banyak ahli di bidangnya, termasuk dokter mata, ahli biokimia, ahli kecerdasan buatan, dan ilmuwan saraf.

Untuk memindai retina, Eyeagnosis dibantu lensa cetak 3D sederhana untuk memusatkan cahaya dari lampu kilat telepon pintar. Fungsinya untuk menerangi bagian belakang mata seperti yang dilakukan oleh mesin pencitraan retina yang digunakan untuk mendiagnosa DR selama ini.

Sejauh ini, Eyeagnosis telah diuji coba di Rumah Sakit Mumbai. "Apa yang dia butuhkan adalah banyak data klinis yang menunjukkan bahwa (Eyeagnosis) dapat diandalkan di berbagai situasi: di rumah sakit mata, di pedesaan, dan di klinik-klinik India," kata dokter mata J. Fielding Hejtmancik dari NIH kepada IEEE Spectrum.

Eyeagnosis telah dipresentasikan di konferensi Artificial Intelligence O'Reilly di New York. Kopparapu juga mempresentasikan temuannya di Tedx Talk dan menyampaikan pidato di acara March for Science di Washington.

Perempuan berusia 16 tahun ini juga merupakan pendiri dan CEO Girls Computing League, sebuah lembaga nirlaba yang menyediakan lokakarya sains dan pengkodean komputer untuk kelompok kurang mampu.

"Dalam karir masa depan saya, saya tidak ingin dikenal sebagai perempuan yang kebetulan adalah ilmuwan komputer, saya ingin dikenal sebagai ilmuwan komputer yang kebetulan adalah seorang perempuan," katanya pada March for Science.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com