KOMPAS.com - Sekitar 2.000 sampai 4.000 tahun yang lalu, manusia purba Eropa nampaknya melewatkan makan siang mereka saat melakukan perjalanan melalui Pegunungan Alpen, Swiss. Kotak kayu kecil berbentuk lingkaran itu ditemukan pada tahun 2012 di puncak tertinggi—8.000 kaki—Pegunungan Alpen Bernese, Swiss Barat.
Pada saat penggalian, situs tersebut memiliki sejumlah artefak-gletser yang mudah luluh dan belum pernah terjamah manusia selama ribuan tahun. Ketika ditemukan, kotak itu tidak begitu menonjol dari beberapa artefak lain. Namun, saat diuji lebih lanjut, kotak tesebut mengandung banyak wawasan tentang pertanian manusia purba.
Analisis mikroskopis dan molekuler protein dan asam lemak yang tertinggal di dalam kotak menunjukkan adanya butiran sereal. Uji serupa yang dilakukan pada artefak mengungkapkan bahwa sebagian besar kotak bekal tersebut mengandung susu atau daging.
Namun, keberadaan sereal di sekitar wilayah itu sulit ditemukan. Tanaman berkurang begitu cepat di situs arkeologi. Ini berarti, peneliti harus mempelajari molekul artefak untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kandungan penyusunnya.
Analisis pada kotak bekal dilakukan oleh para peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jerman dan University of York. Siaran pers yang diterbitkan oleh universitas tersebut menuliskan pentingnya secuil informasi mengenai evolusi dalam sejarah manusia.
“Pembibitan tanaman, seperti gandum, adalah salah satu langkah budaya dan evolusi yang paling signifikan dari spesies kita. Namun, bukti langsung penggunaan tanaman tersebut tetap sulit dipahami,” tulisnya.
Gandum, jelai, atau gandum hitam juga ditemukan di dalam kotak. Gandum adalah salah satu tanaman budidaya pertama di dunia. Selain itu, gandum juga menjadi biji yang paling banyak ditanam di dunia
Sebuah laporan dari Cereal Crops Research Unit Arm of the U.S. Department of Agriculture mencatat bahwa gandum pertama kali ditanam 10.000 tahun yang lalu di wilayah yang dikenal sebagai “Bulan Sabit Subur di Timur Tengah”. Penanaman ini memungkinkan manusia purba untuk mengubah gaya hidupnya, dari masyarakat pemburu-pengumpul ke masyarakat agraris.
Jalur Schnidejoch—di mana artefak itu ditemukan—menghubungkan Lembah Valais Swiss dengan Italia. Para peneliti berharap, temuan ini dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana praktik pertanian purba berkembang dan menyebar ke seluruh Eurasia.
Karena kotak bekal ini relatif kecil dan ringan—terbuat dari pinus Swiss—para peneliti memprediksi bahwa kotak tersebut digunakan untuk perjalanan manusia Eropa purba melintasi pegunungan Alpen.
Migrasi massal ini terbukti berada di Zaman Perunggu. Studi yang diterbitkan di jurnal Nature tahun 2015 silam menganalisis DNA dari periode ini. Hasilnya, orang-orang purba yang dahulu berasal dari Rusia dan Ukraina cenderung bermigrasi ke barat Eropa selama periode tersebut.
Penulis penelitian mengatakan bahwa wilayah yang dahulu berada di akhir jalur Schnidejoch tidak hanya menjadi permukiman penduduk, tetapi juga tempat perdagangan skala kecil. Salah satu penulis studi tersebut, Fransesco Carrer, mengemukakan dalam siaran pers bahwa penggunaan artefak itu sesuai dengan kebiasaan manusia sehari-hari.
“Bukti ini memberi pencerahan baru mengenai kehidupan prasejarah di Alpen dan hubungan mereka dengan pegunungan yang ekstrem. Mereka melintasi Alpen sambil membawa bekal perjalanan, seperti pejalan kaki saat ini”, ujar Carrer.