Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiu Langka Bermulut Raksasa Tampakkan Diri di Pulau Komodo

Kompas.com - 27/07/2017, 17:16 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Sejak pertama kali ditemukan di pesisir Hawaii pada tahun 1976, dunia sains masih belum betul-betul mengenal hiu bermulut raksasa (Megachasma pelagios). Namun, seorang penyelam di pulau Komodo berhasil merekam penampakkannya.

Sang penyelam sedang berada di Laut Gili Lawa ketika hiu langka tersebut tiba-tiba lewat. Terlihat dalam video tersebut, kepala dan mulut M pelagios berada begitu dekat dengan penyelam sebelum akhirnya hewan ini memalingkan wajahnya dan berenang menjauh.

Dengan adanya video ini, M pelagios telah menampakkan diri sebanyak 61 kali dalam 41 tahun terakhir. Hal ini wajar saja. Sebab, menurut International Union for the Conservation of Nature (IUCN), tercatat hanya ada 102 spesimen yang telah diamati.

(Baca juga: Hiu Purba Sebesar Mobil Ditemukan, Gigitannya Lebih Kuat dari T-rex)

Walaupun bermulut besar, para peneliti menekankan bahwa hiu ini tidak membahayakan manusia. Pola makan mereka terdiri dari plankton dan ubur-ubur yang disaring. The Florida Museum of Natural History bahkan menyebut hewan ini “bertubuh lembut (dan) bergelambir dengan kemampuan renang yang buruk”.

M pelagios bisa tumbuh hingga sekitar lima meter. Lalu, di samping mulutnya yang sangat lebar, hiu ini bisa diidentifikasikan dari kepalanya yang berbentuk moncong.

Secara perilaku, hiu ini diduga diurnal karena telah ditemukan di perairan dangkal dekat permukaan dan dasar laut yang dalamnya mencapai 1,6 kilometer. Penampakkan-penampakkan M pelagios juga tersebar di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia, walaupun paling sering terlihat di sekitar Jepang dan Taiwan.

Dengan luasnya penyebaran M pelagios, IUCN mencatat spesies ini sebagai “paling tidak berisiko”. Akan tetapi, mereka juga mengakui adanya penangkapan M pelagios di beberapa negara Asia Tenggara. Bycatch (penangkapan sampingan) dianggap sebagai ancaman terbesar bagi hewan ini dan bisa menyebabkan kepunahan bila tidak diawasi dengan ketat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com