KOMPAS.com -- Pulau Paskah atau Rapa Nui merupakan salah satu pulau misterius yang hingga kini masih menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan.
Siapa yang tak terheran-heran melihat pulau yang terletak di tenggara Samudra Pasifik ini. Bukan hanya karena di penjuru pulau tersebut terdapat patung-patung kepala batu dengan berat mencapai 14 ton, tetapi juga karena sebagian besar pulau tersebut ternyata hanya berupa daratan tandus tanpa pepohonan.
Berdasarkan cerita penduduk, konon peradaban kuno yang tinggal di sanalah yang menghancurkan pulau mereka sendiri.
Mereka menghabiskan sumber daya mereka terlalu cepat selama beberapa abad untuk mendukung kehidupan penduduknya. Pohon-pohon ditebang terlalu cepat untuk membersihkan lahan pertanian dan hanya sedikit yang disisakan untuk membuat kanoe bagi nelayan. Erosi tanah juga mengakibatkan pertanian di darat menjadi rusak.
(Baca juga: Hilang 130 Tahun, Mungkinkah Keajaiban Dunia ke-8 Ini Sudah Ditemukan?)
Sementara itu, hipotesis lain mengatakan bahwa tikus yang dibawa oleh pendatang dari Eropa pada tahun 1722 inilah yang bertanggung jawab atas hilangnya pohon-pohon di Rapa Nui. Orang-orang Rapa Nui pun mulai memakan tikus untuk bertahan hidup.
Namun, cerita tersebut tampaknya tidak terbukti kebenarannya. Sebuah penelitian yang dilakukan tim peneliti internasional sedikit demi sedikit berhasil menguak masa lalu pulau Paskah.
Para peneliti menggunakan analisis isotop karbon dan nitrogen sampel tulang dan tanaman yang berasal dari tahun 1400 Masehi.
Hasilnya tidak seperti perkiraan sebelumnya. Ternyata, penduduk Rapa Nui memiliki makanan yang lebih beragam dan merawat alam mereka lebih baik daripada yang diperkirakan oleh para ahli.
Tim peneliti menyebutkan jika sisa-sisa kerangka dari pulau tersebut menunjukkan bahwa sekitar setengah dari protein dalam makanan orang Rapa Nui kuno justru berasal dari sumber-sumber kelautan, jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Selain itu, penduduk Rapa Nui juga mengonsusmi makanan yang tumbuh dari tanah yang sudah diolah. Jadi, mungkin masyarakat setempat lebih tahu tentang pertanian daripada yang telah kita sangka.
(Baca juga: Arkeolog Temukan Kuil Aztec Kuno Bersama 32 Tulang Leher Manusia)
Dengan kata lain, sisa-sisa kerangka yang ditemukan menceritakan sebuah kisah tentang orang-orang yang mampu beradaptasi dan bertahan dalam kondisi yang menantang.
"Tidak mengherankan jika orang-orang Rapa Nui cerdas. Mereka tahu bagaimana menggunakan sumber daya mereka," ujar Carl Lipo, salah satu tim antropolog dari Universitas Binghamton, New york, seperti yang dikutip dari Science Alert 15 Juli 2017.
Penanggalan radiokarbon juga menunjukkan bahwa tanah di pulau Paskah berkembang dengan baik sampai orang-orang Eropa tiba pada abad ke-18.
"Hasil penelitian kami menunjukkan adanya upaya terpadu untuk memanipulasi tanah pertanian, dan populasi Rapa Nui juga memiliki pengetahuan yang luas mengenai bagaimana mengatasi kesuburan tanah yang buruk, memperbaiki kondisi lingkungan, dan menciptakan persedian makanan yang berkelanjutan," paparnya.
Penelitian ini telah dipublikasikan di American Journal of Physical Anthropology.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.