KOMPAS.com -- Seekor buaya ganas namun malang ditemukan tewas tertindih pohon di Wassaw National Wildlife Refuge. Para petugas menemukan tulang belulang buaya tersebut ketika ingin membersihkan puing-puing dari Badai Matius yang menerpa pulau Wassaw pada bulan Oktober 2016 lalu.
Menanggapi hal ini, Abby Lawson, seorang pakar ekologi dari South Carolina Cooperative Fish and Wildlife Unit di Clemson University yang juga anggota kelompok spesialis buaya IUCN, mengatakan, ini adalah contoh ekstrim dari nasib yang buruk.
Pakar ekologi tersebut berkata bahwa walaupun kasus ini adalah yang pertama dalam hidupnya, tewasnya buaya akibat tertindih pohon cukup sering terjadi. Namun, karena buaya adalah mahluk yang suka hidup di tempat terpencil, kejadian tersebut jarang terlihat oleh mata manusia.
Menurut Lawson, karena pohon tersebut besar dan jatuh tepat di belakang tengkorak, tampaknya buaya tersebut langsung meninggal.
(Baca juga: Moyangnya dari Lautan, Kenapa Buaya Malah Suka Hidup di Daratan?)
Meski demikian, nasib malang tersebut tidak dapat dihindari oleh buaya tersebut kalau pun tubuhnya lebih besar dan pohonnya lebih kecil.
Sebab, kejadian tersebut jatuh di bulan Oktober di mana buaya makan lebih sedikit dan metabolisme mereka melambat. “Siang hari menjadi semakin dingin dan malam semakin panjang, jadi buaya tersebut sudah dalam posisi yang sulit sejak awal,” katanya seperti yang dikutip dari National Geographic 27 Juni 2017.
Selain menyebabkan kematian langsung, cuaca buruk seperti Badai Matius juga bisa memindahkan buaya ke tempat yang sangat jauh. Ketika angin kencang mendorong arus sungai tempat mereka berada, reptil ini akan bergerak menjauh menuju daratan.
Salah satu contohnya terjadi pada tahun 2008 ketika seekor buaya muda yang ditandai oleh para ilmuwan di Louisiana tenggelam di lautan akibat Badai Ike. Hewan malang tersebut kemudian ditemukan bersama puing-puing di pantai Texas selatan yang hampir 500 kilometer jauhnya dari Louisiana.
Lawson mengatakan, buaya memang punya naluri untuk pulang, tetapi sistem ini biasanya tidak bekerja setelah melewati jarak 100 kilometer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.