KOMPAS.com - Penyu yang mati akibat menelan plastik dalam jumlah besar, telah mendorong penemuan untuk membantu membersihkan plastik dari lautan.
Melalui Pacific Collective, ahli zoologi di Coffs Harbour, New South Wales (NSW), Australia bernama Louise Hardman, membuat mesin bernama 'Shruder'. Mesin ini menghancurkan dan mengeluarkan plastik bekas yang bisa diubah menjadi produk seperti kawat filamen untuk komputer.
Konsep ini telah membuat Louise Hardman memenangi kompetisi ‘Coffs Coast StartUp Challenge 2017’ di kota itu.
"Mesin Shruder begitu ringan dan bisa dibawa ke lokasi berbeda, khususnya Kepulauan Pasifik dan tempat-tempat yang tidak memiliki pengelolaan sumber daya limbah," kata Hardman.
Upaya yang dilakukannya termasuk paket pendidikan yang mengajarkan masyarakat mengenai kimia plastik dan bagaimana mengolahnya.
Sampah plastik seperti limbah rumah tangga sekali pakai dan juga puing-puing laut bisa ditransformasikan menjadi barang praktis untuk keperluan lain.
Program enam langkah ini mengajarkan metode pengumpulan, bagaimana menyortir plastik, merobek-robeknya, merancang, mencetak ulang dan kemudian menjualnya.
Hardman mengatakan, pelatihan juga mencari tahu tempat produk seperti apa yang dibutuhkan oleh Kepulauan Pasifik dan kemudian membantu mereka merancang cetakan untuk robekan plastik.
Ia mengatakan, plastik bekas bisa ditransformasikan menjadi bahan bangunan atau lansekap, mangkuk dan anyaman.
Di Australia sendiri, minat utamanya adalah diolah menjadi filamen printer 3-D, cangkir kopi dan barang butik yang bisa digunakan kembali untuk resort (hotel).
Hardman mengisahkan pada tahun 1993, ia diminta untuk membantu penyu yang terdampar ke darat menuju Sungai Wooli di tahun 1992.
"Selama 25 tahun sejak saat itu, motivasi saya adalah menemukan cara untuk membersihkan plastik dari laut," ungkapnya.
Ia menjelaskan, "Plastik yang membunuh penyu itu ditemukan di rerumputan sekitar laut di salah satu sungai paling perawan di Pantai Timur Australia. Sejak saat itu, saya selalu berpikir untuk menghentikan plastik masuk ke laut, bagaimanapun caranya.”
"Saya akhirnya menemukan solusinya - mesin Shruder. Jumlah puing dan plastik yang ada di laut cukup memprihatinkan. Saya pikir kita harus mengubahnya dan melakukan sesuatu," tambahnya.
Salah seorang juri ‘Challenge StartUp’, yang juga CEO perusahaan multi-nasional ‘Greenspan Technology’ Mark Wolf, mengatakan bahwa Shruder memiliki semua kapasitas yang dibutuhkan.
"Ada masalah, ada solusi dan solusinya berjalan," kata Wolf.
"Solusinya bermanfaat bagi negara berkembang dan juga Australia dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan plastik,” imbuhnya.
Ia berujar, "Mesinnya menghabiskan sampah plastik dan mengubahnya menjadi barang yang bisa digunakan. Kami adalah penggemar inovasi di Coffs Harbour sini dan mengembangkan 'ekonomi pintar'.”
Ia mengatakan bahwa kota tersebut bisa menarik mereka yang berkualitas ke kawasan ini. Namun diperlukan adanya bisnis inovatif.
"Negara yang paling inovatif adalah mereka yang sejahtera. Karena itulah Amerika Serikat melakukannya dengan baik karena mereka mendorong inovasi," sebut Hardman.
Ia mengatakan bahwa memenangi kompetisi ‘StartUp Challenge’ akan mendorong proyek ini.
"Kemenangan ini akan membantu mendanai ide bisnisku. Saya juga mendapat dukungan bisnis selama 12 bulan.”
"Saya berusaha memenuhi syarat untuk Konferensi StartUp di Sydney tahun ini, sehingga saya bisa menyampaikan gagasan ini lagi.”
Hardman berharap bisa menemukan investor untuk mendanai proyek yang telah mendapatkan peminat dari 11 negara hanya dalam waktu 9 bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.