KOMPAS.com – Jenis baru reptil baru saja terungkap. Herpetolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, dan timnya menemukan jenis ular Lycodon sidiki dan bunglon Pseudocalotes baliomus.
Di balik penemuan reptil asal Sumatera yang dilakukan bersama dengan tim Universitas Brawijaya, Broward College, dan Universitas Texas, Amir punya kisah tentang tantangan penelitian dan ancaman kepunahan.
Ia mengatakan, survei herpetologi kerap dilakukan parsial. Rentang waktu penelitian tak lebih dari satu bulan.
Survei yang dilakukannya bersama sejumlah universitas itu adalah kesempatan emas untuk mendata reptil sebab merupakan proyek riset tiga tahun.
"Sumatera punya karakter biologi yang unik karena ada pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari utara sampai selatan. Kami coba selama tiga tahun penuh mencari jenis baru,” katanya.
Mencari spesies baru selama tiga tahun bukanlah perkara mudah. Peneliti seperti pekerja yang harus lembur setiap hari sebab harus menyurvei dari pukul 8 hingga 1 pagi. Istirahat hanya untuk makan dan ibadah.
Itu dilakukan demi menyesuaikan dengan aktivitas spesies. Untuk bunglon, survei dilakukakan pada siang hari. Sementara, untuk ular dan katak baru aktif pada malam hari.
Tantangan bertambah karena untuk survei ular, peneliti menghadapi tantangan keterbatasan amtibisa ular yang tersedia.
“Antibisa ular yang tersedia sangat terbatas hanya untuk tiga jenis ular saja. Sementara kita punya 70-an jenis ular berbisa,” ujar Amir.
Konsentrasi pencarian dilakukan di sekitar daerah aliran sungai. Wilayah yang berada 1-2 meter dari sungai biasa menjadi tempat hidup ular dan katak.
Survei dilakukan di dataran tinggi. Amir menilai, keragaman flora Sumatera di dataran rendah tidak bisa diandalkan.