Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksperimen Berhasil, Akankah Transplantasi Kepala Jadi Kenyataan?

Kompas.com - 17/06/2017, 04:09 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

2. Sistem imun

Masalah besar setelah prosedur transplantasi adalah reaksi dari tubuh pasien. Khususnya ketika seseorang menerima sebuah organ, sistem imun pasien dengan cepat mendeteksi substansi yang disebut antigen pada selnya. Merasakan adanya organ asing, sistem imun dapat merespon dengan serangan skala penuh.

Itulah mengapa semua pasien transplantasi menenggak obat penekan imun setelah melewati prosedur pembedahan. Namun, karena kepala sangat kompleks dan memiliki banyak organ di dalamnya, para ahli menilai risiko penolakan pada transplantasi kepala terlalu besar untuk dilakukan.

3. Kecepatan

Sekitar tahun 1970, dalam eksperimen yang mengunakan monyet, ahli bedah syaraf Robert White menunjukkan bahwa agar sebuah transplantasi kepala bisa berhasil, seluruh prosedurnya harus dilakukan dalam waktu kurang dari satu jam. Kecepatan itu diperlukan untuk menghindari kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada hewan.

Canavero telah menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk memaksimalkan efisiensi transplantasi pada manusia dengan memindahkan kedua kepala secara bersamaan dan menjaga kedua tubuh di bawah serangan jantung total.

4. Menyatukan sumsum tulang belakang

Agar kepala dapat berkomunikasi dan mengontrol tubuh barunya, sumsum tulang belakang dan otak harus tersambung dengan mulus. Untuk itu, Canavaro berencana akan membuat pasien koma hingga satu bulan untuk menyambungkan sumsum tulang belakang. Jika tidak, syaraf yang membentuk sumsum tulang belakang akan berbonggol dan bengkok.

Akan tetapi, koma panjang semacam itu berpotensi menimbulkan masalah baru. Harry Goldsmith, profesor bedah saraf pada University of California Davis, mengatakan kepada Popular Science, koma yang disebabkan secara medis sering mengakibatkan infeksi, pembekuan darah, dan penurunan aktivitas otak.

5. Hewan percobaan

Sebelum transplantasi kepala dianggap layak dilakukan pada manusia, semua masalah harus diselesaikan dengan uji coba pada binatang. Eksperimen semacam itu akan menghadapi banyak halangan dan rintangan untuk mendapatkan persetujuan (setidaknya di Amerika Serikat) karena dianggap terlalu kejam.

Oleh karena itu, Canavero dan timnya berencana untuk melaksanakannya di negara lain, di mana prosedur seperti itu legal untuk dilakukan. Canavero juga berkata bahwa dia berencana mereplika percobaan terbarunya dari tikus ke anjing dalam beberapa bulan ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com