KOMPAS.com – Tanpa Anda sadari, penjajahan mars oleh penduduk bumi menjadi semakin dekat.
Setelah mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menulis di CNN bahwa tujuan AS berikutnya adalah pindah dan tinggal di Mars; CEO SpaceX Elon Musk mengumumkan rencananya untuk memindahkan manusia ke planet merah tersebut dalam waktu 100 tahun ke depan.
Namun, sebelum pindah dan menjadi penduduk Mars, manusia harus belajar bercinta dan bereproduksi di lingkungan mikrogravitasi terlebih dahulu.
(Baca juga: Manusia Harus Segera Cari Dunia Lain yang Layak Huni, Ini Sebabnya)
Kris Lehnhardt, asisten dosen di departemen pengobatan darurat The George Washington University School of Medicine and Health Sciences, berkata bahwa jika kita ingin menjadi spesies yang mengarungi luar angkasa dan tinggal di luar bumi secara permanen, maka seks harus menjadi topik yang dibahas dan dipelajari secara serius.
Sayangnya, hingga kini para peneliti masih belum mengetahui bagaimana reproduksi dan perkembangan manusia berfungsi dan bekerja di Mars maupun planet lainnya. “Ini adalah sesuatu yang jujur saja belum pernah kita pelajari secara dramatis karena sejauh ini belum relevan,” katanya dalam diskusi berjudul “On the Launchpad: Return to Deep Space” 16 Mei 2017.
Sebaliknya, yang sudah kita lakukan adalah membekukan sperma tikus di luar angkasa. Pada tahun 2013, sekelompok peneliti dari Jepang mengirimkan sperma tikus untuk dibekukan di International Space Station. Mereka ingin melihat pengaruh radiasi pada sel kelamin tersebut. Setelah dibawa ke bumi pada tahun 2014, sperma tersebut dikawinkan dengan sel telur dan ternyata menghasilkan keturunan yang sehat.
(Baca juga: Tikus dari "Sperma Antariksa" Lahir, Apakah Era Star Trek Sudah Tiba?)
Walaupun demikian, rasanya masih terlalu pagi untuk menyebut radiasi tingkat tinggi di luar angkasa sama sekali tidak berpengaruh pada reproduksi. Pasalnya, sperma tersebut dibawa kembali ke bumi untuk menghasilkan embrio yang kemudian berkembang di planet kita.
Lehnhardt sendiri masih menyangsikan bagaimana embrio manusia dapat berkembang di lingkungan mikrogravitasi atau Mars yang gravitasinya hanya 38 persen gravitasi bumi. “Kita tidak tahu bagaimana mereka akan berkembang. Akankah mereka memiliki tulang yang sama dengan kita? Bisakah mereka datang kembali ke bumi dan berdiri?,” ujarnya.
Selain itu, Lehnhardt berkata bahwa bentuk manusia yang hidup dan tumbuh di luar angkasa atau Mars akan jauh berbeda daripada kita sekarang dan mungkin akan memiliki cara reproduksi yang berbeda juga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.