Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Bukan Produk Peradaban Modern, Ini Buktinya

Kompas.com - 12/06/2017, 17:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Wafatnya Julia Perez(Jupe) dan Yana Zein di tangan kanker semakin menunjukkan betapa ganasnya penyakit ini.

Sering kali dikait-kaitkan dengan gelombang elektromagnetik dan bahan kimia, salah satu kekeliruan yang masih sering dipercaya mengenai kanker adalah anggapan bahwa penyakit ini adalah hasil peradaban dan gaya hidup modern.

Faktanya, kanker sudah ada 1,7 juta tahun yang lalu, jauh sebelum adanya telepon genggam, deodoran, dan mi instan.

Sebuah fosil tulang kaki berusia 1,6 hingga 1,7 juta tahun ditemukan dalam gua Swartkrans di wilayah Cradle of Humankind (buaian manusia), Afrika Selatan.

Menggunakan pemindaian Micro-CT yang menciptakan gambar dua dimensi dan tiga dimensi yang menampakkan interior tulang, para peneliti menemukan adanya pertumbuhan yang abnormal di luar dan di dalam fosil tersebut yang menyerupai osteosarcoma, sejenis kanker agresif yang kini banyak menyerang anak-anak dan manusia dewasa muda.

Salah satu penulis studi yang dipublikasikan dalam South African Journal of Sciences tersebut, Edward Odes, mengatakan kepada National Geographic 28 Juli 2016, kita membandingkan gambarnya dengan spesimen biopsi modern, hasilnya benar (osteosarcoma).

(Baca juga: Kanker Sudah Ada sejak 1,7 Juta Tahun yang Lalu, Ilmuwan Membuktikannya)

Kapasitas bersejarah

Hingga kini, muasal kanker yang sebenarnya masih menjadi misteri. Namun, catatan sejarah telah menunjukkan keberadaan kanker jauh sebelum peradaban modern dimulai.

Dalam tulisan Imhotep, misalnya. Dokter Mesir ternama yang tinggal 2600 tahun sebelum masehi tersebut pernah mendeskripsikan sebuah benjolan di dada yang tidak dapat diobati dengan terapi apa pun.

Namun, kanker pada masa lalu lebih sering menjangkiti lansia yang telah berusia 65 tahun atau lebih. Dikombinasikan dengan angka harapan hidup yang pendek, kanker tidak menjadi kekhawatiran besar dan baru dideskripsikan secara akurat sejak akhir abad ke-18.

Seorang pakar onkologi, Siddhartha Mukherjee, pernah menulis dalam bukunya The Emperor of All Maladies, peradaban tidak menyebabkan kanker, tetapi dengan memperpanjang usia manusia, peradaban membuka kain yang menutupinya.

Hal ini pun disetujui oleh Odes. Dia mengatakan, Anda bisa mengikuti pola makan paleo dan hidup dalam lingkungan yang bebas polusi, tetapi kapasitas penyakit-penyakit ini sangat kuno dan sudah berada di dalam diri kita.

Walaupun demikian, dia mengakui adanya pengaruh peradaban modern yang mempercepat terjadinya kanker. Nenek moyang kita memang menurunkan gen yang mengandung kemungkinan kanker, tetapi pengaktifan penyakit tersebut bisa terjadi lebih cepat karena perubahan lingkungan, kata Odes.

Sebagai contoh adalah kanker perut. Hingga akhir abad ke-19, kanker perut umum terjadi dan kemungkinan besar karena zat-zat karsinogenik yang terkandung dalam pengawet makanan. Namun, kini kanker usus lebih umum dan kemungkinan besar disebabkan oleh pola makan yang tinggi lemak jenuh.

“Lingkungan luar yang modern telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dialami oleh evolusi manusia kepada lingkungan internal bersejarah kita,” ucap Odes.

(Baca juga: Yana Zein Benar, Mayoritas Kasus Kanker Disebabkan oleh "Nasib Buruk")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com