Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Benar Daging Penyu Bikin Pria Lebih Jantan?

Kompas.com - 30/05/2017, 21:01 WIB

KOMPAS.com - Anggapan bahwa daging penyu berkhasiat menambah vitalitas yang telah lama berkembang di sebagian kalangan masyarakat ternyata hanya mitos belaka. Penelitian terbaru justru mengungkapkan fakta sebaliknya: mengkonsumsi daging maupun telur penyu bisa menyebabkan beragam penyakit yang membahayakan kesehatan, seperti gangguan syaraf, penyakit ginjal, kanker hati, serta pengaruh pada kehamilan dan janin.

Dalam penelitian tersebut,  tim gabungan dari Universitas Papua bersama Pusat Penelitian Sumberdaya Perairan Pasifik (P2SP2) dan Conservation International (CI) Indonesia melakukan survei di Kabupaten Kaimana, tepatnya di Teluk Etna (Lakahia dan Ombanariki) dan Pulau Venu pada bulan Maret-Oktober 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada daging dan telur penyu hjau dan penyu sisik dari Pulau Venu telah melebihi batas aman untuk dikonsumsi oleh manusia.

“Memang penyu bisa kawin sampai enam jam, tetapi itu bukan berarti bahwa memakan mereka juga membuat kita menjadi kuat. Semakin banyak daging penyu yang dikonsumsi, semakin tinggi kandungan logam berat yang masuk ke dalam tubuh kita,” ujar Ricardo Tapilatu, salah satu peneliti sekaligus Dosen Biologi Kelautan dan Konservasi Universitas Papua.

Berbagai kandungan zat dalam telur dan daging penyu di antaranya merkuri, kadmium, arsen, timah, seng, mangan, besi dan tembaga. Baik pada penyu hijau maupun penyu sisik, kandungan merkuri, kadmium dan arsennya sudah melebihi ambang batas untuk dikonsumsi oleh manusia.

Hal ini terjadi karena penyu merupakan binatang yang berumur panjang, dan hidupnya berpindah-pindah. Karena penyu melakukan kontak dengan laut tercemar untuk jangka waktu yang lama, makanan yang tercemar dan dikonsumsi oleh penyu sehingga binatang ini pun terkontaminasi unsur-unsur logam berat dan terakumulasi dalam tubuhnya.

Stop konsumsi penyu demi kelestariannya

Dari studi ini, terungkap pula bahwa populasi penyu mengalami penurunan drastis. “Salah satu contohnya penyu belimbing yang pada tahun 2008 ada sekitar 15.000 sarang per tahun, menurun jadi 2.000 sarang pertahun di tahun 2011. Tahun lalu tercatat hanya ada 1.500 sarang per tahun,” kata Ricardo.

Penurunan jumlah penyu terjadi karena beberapa faktor. Selain predator seperti babi, biawak, elang dan hiu, kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi, seperti suhu pasir yang tinggi dan air pasang.

Ricardo menegaskan, ancaman terbesar bagi penyu adalah perilaku manusia. Penggunaan alat kerja nelayan yang dapat mengancam kelangsungan hidup penyu seperti penggunaan kail pancing yang tertelan penyu dan tersangkut jaring nelayan. Fakta lain juga membuktikan bahwa sampah plastik banyak menyebabkan kematian pada penyu yang tidak sengaja mengkonsumsi sampah plastik.

Penyu berperan cukup penting bagi konservasi lingkungan laut. Sebagai contoh penyu hijau merupakan spesies kunci yang memakan lamun sehingga kesuburan lamun meningkat. Sedangkan penyu sisik mengkonsumsi sponges dan ikut menjaga kesuburan sponges.

“Kedatangan penyu untuk melepaskan telurnya di pantai berpasir bisa menjadi  indikator baik-buruknya lingkungan pantai itu. Hanya perairan dan pantai yang tidak tercemar serta tidak rusak ekosistemnya yang menjadi tujuan kedatangan penyu,” demikian ujar Victor Nikijuluw, Marine Program Director Conservation International Indonesia.

Menanggapi pemaparan hasil penelitian ini, Wakil Bupati Kabupaten Kaimana, Ismail Sirfefa menyatakan,“Perlu ada sosialisasi masalah ini kepada masyarakat sekaligus mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dan menjaga spesies penyu di kabupaten ini. Masyarakat harus berhenti mengkonsumsi penyu,” pungkasnya.

 

Artikel ini sebelumnya tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "Benarkah Daging Penyu Berkhasiat Menambah Vitalitas?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau