Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2017, 16:08 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sofi Mursidawati panik menghubungi koleganya di berbagai daerah. Bunga Rafflesia yang hidup di Kebun Raya Bogor telah mekar dan dia pun perlu mencari benang sari jantan agar bunga betina tersebut dapat dibuahi.

Berbeda dengan tanaman lain yang memiliki dua kelamin dalam satu bunga atau hermaprodit, dalam satu Rafflesia hanya terdapat satu kelamin bunga. Kelamin bunga juga baru bisa diketahui saat Rafflesia mekar.

"Maksimal diameter sebelum mekar itu 20 sentimeter. Kalau sudah 19 atau 19,5 sentimeter, saya sudah berjaga-jaga. (Tapi) sampai sekarang belum berhasil dapat benang sari saat sedang mekar," kata Sofi

Akan tetapi, selama sepuluh kali bunga beraroma bangkai itu mekar di Kebun Raya Bogor, tidak ada "jodoh" yang datang.

Pasalnya, budi daya Rafflesia bukan perkara mudah. Masih banyak misteri yang belum terungkap dari sejumlah penelitian.

(Baca juga: Faktanya, Bukan Raffles yang Pertama Menemukan Rafflesia)

Teknik grafting

Untuk dapat hidup, Rafflesia menghisap nutrisi dari inangnya, Tetrastigma. Keberadaan Tetrastigma hampir tersebar di seluruh Indonesia. Namun, Rafflesia hanya mau menempel pada Tetrastigma di sejumlah tempat, seperti di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan,

Selain itu, Rafflesia juga termasuk tanaman eksklusif. Ia tidak dapat hidup di luar habitatnya.

Akan tetapi, untuk kali pertama, Kebun Raya Bogor berhasil mengembangkan Rafflesia di luar habitatnya melalui teknik grafting (cangkok) yang dilakukan pada Rafflesia patma.

Sofi berkata bahwa proses grafting telah dilakukan sejak 2004. Ia membawa Tetrastigma dari Kebun Raya Bogor ke Cagar Alam Pangandaran.

Kebun Raya Bogor dan Cagar Alam Pangandaran memiliki beberapa kesamaan. Meski di Pangandaran nol mdpl (meter di atas permukaan laut) dan Bogor 250 mdpl, keduanya memiliki kelembapan udara 90 persen.

Dengan perhitungan itu, Sofi berangkat ke Pangandaran. Di sana, ia mengikat batang Tetrastigma yang dibawa dari Bogor dengan batang Tetrastigma yang telah terinfeksi Rafflesia.

Sambungan itu ditunggu hingga menyatu sekitar tiga bulan dan dibawa untuk dikembangkan di Kebun Raya Bogor. Sofi mengaku sempat melupakan proyek itu lantaran tidak ada tanda keberhasilan

"Akhirnya pada 2010, 6 tahun kemudian, baru muncul kuncup Rafflesia. Sejak 3 Juni 2009, kok ada bentol-bentol. Lain dari yang lain, bukan penyakit, oh ternyata Rafflesia nyambung," ucapnya.

Sofi tidak mengetahui secara persis perihal lamanya waktu yang diperlukan agar kuncup rafflesia muncul. Ia menilai hal itu masih misteri bagi para peneliti.

Sofi menduga hal itu disebabkan oleh tubuh rafflesia yang lebih besar dari inangnya sehingga nutrisi harus diserap secara perlahan dari Tetrastigma agar dapat bertahan hidup.

Beberapa hipotesis memang pernah disampaikan dalam sejumlah penelitian. Misalnya, sejak dari biji hingga tumbuh kuncup diperlukan waktu satu tahun. Akan tetapi, Sofi berkata bahwa hal itu tidak berlaku umum.

"Yang bisa mengontrol berkembangnya biji Rafflesia di dalam inang tidak ada. Menurut saya, wajar pertumbuhannya lama karena parasit raksasa. Di mana-mana penumpang gelap itu kecil. Supaya tidak bikin mati inangnya. Jadi dia mau tidak mau harus lambat," kata Sofi.

(Baca juga: "Grafting" Sukses Mekarkan Rafflesia)

Ancaman Kepunahan

Selain Rafflesia, Indonesia juga memiliki tanaman endemik lainnya, Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum). Kedua tanaman itu sering kali disebut dengan satu nama, Bunga Bangkai

Menurut Sofi, baik Rafflesia maupun Bunga Bangkai terancaman. Kebakaran hutan dan alih fungsi hutan menjadi ladang kelapa sawit menjadi salah satu penyebab yang perlu dicermati.

Pasalnya, agar dapat terjadi pembuahan pada Rafflesia yang hidup di hutan, diperlukan serangga khusus untuk memindahkan benang sari dari bunga jantan ke bunga betina.

"Kalau serangga itu tidak ada, tidak akan jadi buah. Untuk Amorphophallus penyebaran biji oleh burung Rangkong. Kalau Rangkong diitembaki, juga tidak akan tersebar benang sarinya. Jadi variasi genetiknya tidak akan bertambah. Lama-lama ketahanan populasi semakin rendah," ujar Sofi.

Kini, Rafflesia dan Bunga Bangkai telah masuk sebagai tanaman yang dilindungi sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Upaya pemerintah dalam menjaga lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga ketahanan biodiversitas flora Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com