Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambu Berperan dalam Mitigasi Erupsi Gunung Berapi

Kompas.com - 08/05/2017, 16:37 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Bambu dapat berfungsi sebagai peringatan dini terhadap erupsi gunung berapi. Selain itu, bambu juga dapat digunakan untuk mengalihkan awan panas dari erupsi gunung berapi dan melindungi masyarakat yang di hidup di sekitar gunung.

Hal itu diungkapkan dalam hasil penelitian Azizah Dewi Suryaningsih, siswi SMAN 1 Yogyakarta yang meraih juara pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja (LKIR) 2016 bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK).

Pada tanggal 13-20 Mei 2017 mendatang, Azizah akan membawa hasil penelitiannya tersebut untuk berkompetisi di Intel International Science and Engineering Fair (IISEF) 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Berbekal kecintaannya mendaki Gunung Merapi, Yogyakarta, Azizah meneliti wilayah selatan Gunung Merapi yang berdekatan dengan bukit Kendil.

Azizah mengatakan, masyarakat di sekitar Gunung Merapi percaya bahwa bambu dapat memberi peringatan sebelum erupsi terjadi.

"Ketika tanya sama warga, mereka katakan dulunya bambu dipake kalau mau erupsi, jadi dia bunyi pletek-pletek begitu. Warga di sana masih ada yang percaya. Jadi, saya meneliti ketahannya untuk mitigasi bencana," katanya di gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Senin (8/5/2017).

Dia juga mengatakan, sebelum Merapi memuntahkan isi perutnya, terjadi perubahan alam berupa peningkatan temperatur udara di sekitar Merapi dan di dalam tanah yang membuat hewan-hewan turun gunung.

Peningkatan temperatur tersebut membuat bambu pecah sehingga menimbulkan bunyi yang digunakan oleh kearifan lokal sebagai peringatan dini.

Selain itu, dari penelitiannya yang menghabiskannya waktu sekitar satu tahun, Azizah juga mendapati bahwa bambu dapat digunakan untuk mengalihkan arus awan panas yang membawa material vulkanik. Masyarakat di sekitar Merapi menyebut awan itu dengan nama Wedhus Gembel.

"Bambu petung bisa jadi sabuk natural untuk pengalihan awan panas agar mengalir ke sungai Kali Woro dan Boyong supaya rumah di bawah itu enggak terlalu kena dampak, jadi diarahkan ke kalinya dulu," ucap Azizah.

Ketahanan bambu petung kemudian diuji dengan software yang memperhitungkan sifat fisik dan mekanik antara bambu petung dan awan panas. Hasilnya? Bambu petung dapat menahan laju awan dan material yang dibawa.

"Bambunya bukan berarti masih berdiri tegak. (Dia) terbakar, tapi bagian bawahnya tidak. Sebab, suhu gas yang tinggi cenderung ke atas dan meninggalkan suhu di bawah yang rendah," ucap Azizah.

Kondisi utuhnya bambu petung bagian bawah juga terlihat dari dokumentasi erupsi Merapi pada tahun 2010 dan jika erupsi kembali terjadi, bambu dapat mengalihkan awan panas menuju sungai.

Sayangnya, kini bambu di area gunung Merapi sudah tidak sebanyak dulu. Azizah mengatakan, sudah tidak ada yang melestarikan. Kalau dulu ada Mbah Marijan yang merawatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com