Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Baru Ungkap Masa Lalu Hutan Amazon

Kompas.com - 07/05/2017, 14:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber Science

KOMPAS.com – Dengan luas 6,7 juta kilometer, hutan Amazon adalah harta karun flora dan fauna dunia. Hutan hujan ini menjadi rumah untuk setidaknya 10 persen dari seluruh spesies dunia.

Keanekaragaman hayati tersebut dimulai sekitar jutaan tahun yang lalu ketika sebagian dari hutan Amazon terendam air dan mempercepat evolusi. Namun, pertanyaannya adalah dari mana air tersebut berasal?

Sebelumnya, para peneliti berspekulasi bahwa air yang mengalir dari pegunungan Andes membagi spesies Amazon menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini kemudian berevolusi menjadi spesies baru.

Pegunungan Andes yang terus bertumbuh juga menciptakan iklim-iklim mikro yang semakin memperkaya keanekaragaman hayati hutan Amazon.

Akan tetapi, penemuan mikroorganisme laut di sendimen Amazon pada tahun 1990 menciptakan teori baru di mana banjir dari lautan memaksa spesies hutan Amazon untuk berevolusi lebih cepat.

“Sulit untuk membayangkan sebuah proses yang mampu menutupi hutan sebesar itu dengan lautan,” kata Carlos Jaramillo, seorang paleontologis di Smithsonian Tropical Institute, Panama, yang mencari tahu kebenaran kedua argumen tersebut bersama koleganya.

Namun, karena bebatuan dan fosil yang dapat secara pasti membenarkan salah satu argumen sangat langka ditemukan, mereka pun menggunakan data baru: inti dari bagian timur Kolombia yang digali oleh perusahaan minyak dan dari bagian timur laut Brazil yang digali oleh Brazilian Geology Survey pada tahun 1980-an.

Dengan lebar enam sentimeter dan panjang 600 meter, inti yang berbentuk silinder tersebut menyimpan berbagai informasi dari masa lalu hutan Amazon yang berusia jutaan tahun, mulai dari serbuk sari, fosil, hingga sendimen.

Jaramillo dan timnya kemudian mempelajari inti tersebut, lapisan demi lapisan, dan mereka menemukan bahwa walaupun mayoritas informasi yang didapat berasal dari spesies daratan, dua lapisan tipis mengandung plankton laut dan kerang. Inti yang berasal dari Kolombia bahkan memiliki fosil udang sentadu dan gigi hiu.

Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Laut Karibia pernah mencapai bagian barat hutan Amazon di Brazil, Ekuador, dan Peru sebanyak dua kali. Pertama sekitar 18 juta tahun yang lalu dan yang kedua 14 juta tahun yang lalu.

Namun, Laut Karibia tidak bertahan lama di Amazon.

Pada kali pertama, banjir bertahan selama 200.000 tahun di bagian barat laut Brazil dan selama 900.000 tahun di Kolumbia yang lebih dekat dengan Karibia. Lalu, pada kedua kalinya, banjir bertahan selama 400.000 tahun dan 3,7 juta tahun di kedua tempat tersebut.

Jaramillo berkata bahwa banjir tersebut bisa jadi disebabkan oleh pertumbuhan Andes. Pegunungan tersebut mendorong benua di sekitarnya menjadi di bawah permukaan laut. Namun, air tersebut dengan cepat terdorong keluar oleh air tawar dan sendimen yang mengalir dari puncak pegunungan.

Walaupun penemuan ini semakin menguatkan argumen bahwa Amazon pernah terendam laut, tetapi Paul Baker, geologis di Duke University, Durham, Carolina Utara, dan Yachay Tech di Urcuqui, Ekuador, masih tetap percaya dengan argumen sungai.

Menurut dia, plankton-plankton yang seperti dari lautan juga ditemukan di berbagai danau air tawar kuno di Eropa dan argumen laut akan lebih meyakinkan bila didukung oleh pengukuran isotop oksigen pada kerang yang dapat menunjukkan bila kerang tersebut hidup di air laut atau air tawar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Science

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com