KOMPAS.com - Temperatur permukaan bumi memang bervariasi. Ada yang luar biasa panas seperti Sahara hingga yang luar biasa dingin seperti Antartika.
Namun, 144 negara yang berpartisipasi dalam Persetujuan Paris 2015 mengumumkan bahwa kenaikan suhu bumi untuk abad ini harus dibatasi menjadi 1,5 derajat celcius, setengah derajat lebih rendah daripada sebelumnya.
Sebenarnya, mengapa para ilmuwan dan pemimpin dunia begitu peduli dengan kenaikan temperatur yang hanya 1,5 derajat ini?
Peter deMenocal, seorang ilmuwan iklim purba di Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, New York, berkata bahwa kenaikan temperatur rata-rata planet bumi adalah permasalahan besar, walaupun hanya beberapa derajat saja.
“Seseorang yang tinggal di satu lokasi bisa mengalami perubahan besar pada cuaca dan iklim, tetapi hal ini biasanya terkompensasikan oleh perubahan di belahan bumi lainnya,” katanya kepada LiveScience.
Dia lalu menambahkan bahwa bumi kini 1,2 derajat lebih panas dibandingkan sebelum adanya industrialisasi. Bandingkan angka tersebut terhadap perubahan suhu yang hanya lima derajat celcius sejak zaman es 15.000 tahun yang lalu.
Perubahan lima derajat ini membuat permukaan air laut naik sebanyak 106 meter dan membuat permukaan es pada bumi berkurang dari 32 persen menjadi hanya 10 persen di era modern ini.
Namun, di samping perubahan temperatur dan kenaikan air laut, pemanasan global juga dapat mengancam makanan, air, tempat tinggal, energi, kesehatan, hingga ekonomi.
Makanan
Perubahan iklim mempengaruhi ekosistem dan makanan kita, kata deMenocal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.