KOMPAS.com - Wanita yang memiliki karier dan pendidikan yang baik, seperti halnya kaum hawa di negara maju, cenderung menunda kehamilannya. Sepertinya hal itu bermanfaat untuk kesejahteraan bayinya.
Selama ini sisi negatif dari memiliki bayi di usia matang lebih banyak disorot, misalnya bahayanya pada kesehatan ibu dan bayi. Menunda kehamilan dianggap bisa mengurangi kesuburan dan menyebabkan komplikasi pada bayi yang dikandung.
Bila dilihat dari sisi kesejahteraan mental ibu dan bayi, ternyata kehamilan di usia matang justru memiliki banyak sisi positif.
Menurut penelitian terhadap 5.000 ibu di Denmark, diketahui ibu yang berusia matang lebih jarang berteriak memarahi anaknya dan juga memberikan hukuman fisik.
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu berusia matang juga lebih rendah kemungkinannya mengalami masalah perilaku dan sosial.
"Saat menghitung konsekuensi dari kehamilan di usia matang, penting untuk mempertimbangkan pro dan kontra dalam hal fisik dan psikis," kata Dion Sommer, psikolog yang melakukan penelitian ini.
Dalam penelitiannya, Sommer dan timnya melacak para ibu saat anaknya berusia 7,11, dan 15 tahun. Hasilnya, para ibu yang ketika hamil berusia matang lebih jarang menggunakan hukuman fisik untuk mendisiplinkan anaknya.
Hal itu kemungkinan karena para ibu tersebut secara umum lebih berpendidikan dan memiliki keuangan lebih stabil. Mereka juga biasanya sudah memiliki hubungan yang stabil dengan suaminya. Usia yang matang juga bisa menandakan kedewasaan psikologi.
"Seiring dengan bertambahnya usia, kita akan semakin fleksibel secara mental, lebih toleran pada orang lain, dan lebih matang secara emosional," kata Sommer.
Penelitian serupa di tahun 2012 dan dimuat dalam British Medical Journal juga menemukan, ibu berusia matang cenderung memiliki anak yang sehat.
Para ibu yang baru hamil di usia matang tersebut juga sangat menikmati perubahan tubuh dan emosionalnya selama kehamilan.