Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2017, 12:11 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Sakit flu mungkin terdengar seperti sakit ringan. Sejatinya, flu itu tak bisa dianggap enteng. Jutaan orang yang sakit flu dirawat di rumah sakit. Puluhan ribu orang meninggal karena flu setiap tahun.

Karena disebabkan oleh virus, tak ada obat untuk influenza. Antibiotik tak ada gunanya dikonsumsi untuk melawan flu.

Namun, ada cara untuk meringankan derita akibat flu dengan obat terbaru yang bisa menghambat virus berkembang biak. Perbedaan paling nyata dari penggunaan obat ini adalah durasi sakit lebih singkat.

"Pengobatan antiviral dibuat khusus untuk virus influenza dan obat itu menghambat virus agar tidak bereproduksi dan dengan cara itu kami membantu kasus flu jadi lebih ringan dan sembuh lebih cepat," ujar Susan J. Rehm, wakil ketua departemen penyakit infeksi di Cleveland Clinic.

Oseltamivir, bentuk generik obat antiviral Tamiflu mendapatkan persetujuan FDA di akhir musim panas lalu. Obat itu bersama antiviral hirup zanamivir (dikenal pula dengan nama Relenza) sudah tersedia di Amerika Serikat musim semi ini lewat resep dokter.

Kunci keefektifan obat resep antiviral adalah kecepatan pemberian. Obat-obatan itu bekerja paling baik ketika diberikan dalam 48 jam pertama penyakit muncul.

"Hal yang mungkin terjadi adalah menghilangkan paling tidak satu hari sakit. Penyakit itu yang mungkin normalnya berlangsung 5 sampai 7 hari bakal sembuh satu atau dua hari lebih cepat," katanya.

Pengobatan antiviral itu merupakan penyelamat nyawa bagi orang yang berisiko tinggi menderita komplikasi flu. Misalnya, lansia, anak-anak kecil, ibu hamil dan mereka yang mengalami penyakit seperti diabetes, kanker, jantung atau paru-paru.

Untuk mereka yang berisiko rendah, obat ini mungkin tidak perlu. "Sebagian besar orang sehat yang mengalami infeksi influenza dapat sembuh dengan minum banyak air, istirahat dan tak memerlukan obat antiviral kecuali mereka mengalami infeksi parah," kata Pritish Tosh, MD, dokter penyakit infeksi dan peneliti di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

"Saya tak meresepkan obat itu untuk pasien berisiko rendah," kata Scott Bernstein, dokter penyakit dalam di Bon Secours Medical Group, Rockland County, New York.

"Ada tes flu yang hasilnya didapat dalam 10 menit. Dokter dapat menunggu hasil tes sebelum meresepkan obat itu," katanya.

Agar diobati dengan tepat, kenali gejala-gejala flu sehingga tahu kapan harus pergi ke dokter. Rehm mengatakan gejala flu itu berupa demam, nyeri, kedinginan, kelelahan dan datangnya mendadak.

"Flu pada sebagian besar pasien menyebabkan demam dan nyeri selama dua hingga empat hari. Seringkali sakit itu berakhir dengan batuk kering dan kelelahan yang berlangsung agak lama," kata Bernstein yang merekomendasikan minum banyak dan mengonsumsi obat pereda demam itu.

Disarankan agar beristirahat di rumah dan menghindari kerumuman orang banyak ketika menyembuhkan diri dari flu. "Itu untuk kepentingan diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Jika Anda memaksakan diri bekerja atau tetap sekolah, hal itu meningkatkan risiko komplikasi. Hal itu juga menulari orang-orang di sekitar Anda," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau