KOMPAS.com - Anda mungkin sudah tahu bahwa bakteri selalu ada dalam tubuh kita semua, tak peduli seberapa bersihnya kita hidup.
Kabar baiknya adalah, banyak dari bakteri ini adalah bakteri baik yang membantu menjaga kita tetap sehat.
Tapi, kadang-kadang, ada juga bakteri berbahaya masuk dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga menyebabkan infeksi. Salah satunya yang sangat umum terjadi pada wanita, tak terkecuali wanita hamil, adalah bacterial vaginosis atau infeksi bakteri vagina.
Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu kondisi di mana keseimbangan normal bakteri di vagina terganggu, menyebabkan pertumbuhan berlebih spesies "jahat" mengalahkan spesies "baik".
Saat mengalami infeksi bakteri vagina, seorang wanita akan mengeluarkan cairan putih atau abu-abu tipis yang berbau tidak menyenangkan dari vaginanya.
Beberapa wanita yang terinfeksi juga mengalami gejala sepeti rasa panas terbakar saat buang air kecil atau gatal-gatal di vagina. Beberapa wanita lain yang terinfeksi, tidak merasakan gejala yang jelas.
Infeksi Bakteri Vagina VS Infeksi Jamur
Infeksi bakteri vagina tidak sama dengan infeksi jamur. Infeksi jamur dapat menyebabkan gatal-gatal juga, tetapi lebih cenderung menyebabkan keluarnya cairan vagina bertekstur tebal, berwarna putih.
Infeksi jamur disebabkan oleh jamur, bukan oleh bakteri, sehingga diobati dengan cara yang sama sekali berbeda.
Penting untuk diingat untuk wanita hamil: Infeksi jamur belum dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, sedangkan infeksi bakteri vagina telah dicurigai sebagai salah satu faktor peningkat risiko keguguran.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa infeksi bakteri vagina adalah infeksi vagina yang paling umum terjadi pada wanita usia 15 sampai 44.
Pengobatan Infeksi bakteri vagina
Biasanya, dokter menggunakan antibiotik untuk membunuh spesies bakteri "buruk" penyebab infeksi bakteri vagina.
Hasil penelitian berjudul 'Common complementary and alternative therapies for yeast vaginitis and bacterial vaginosis: a systematic review' yang dimuat dalam jurnal Obstetrics and Gynecology Survey mengatakan, penerapan yoghurt ke vagina mungkin juga membantu pengobatan.
Pasalnya, bakteri hidup dalam yogurt mirip dengan bakteri baik yang secara alami menghuni vagina.
Sangat penting untuk mengobati infeksi bakteri vagina sesegera mungkin, karena infeksi ini meningkatkan kesempatan Anda tertular penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia dan gonore, demikian menurut CDC.
Risiko Infeksi Bakteri Vagina Selama Kehamilan
Hasil studi dalam British Medical Journal yang diberi judul 'Association between bacterial vaginosis or chlamydial infection and miscarriage before 16 weeks' menyebutkan, terjadinya peningkatan risiko keguguran pada usia kehamikan sebelum 16 minggu pada calon ibu yang tertular infeksi bakteri vagina.
Infeksi bateri vagina juga meningkatkan risiko ibu memiliki bayi dengan berat lahir rendah atau melahirkan bayi prematur (sebelum minggu ke-37 kehamilan), menurut sebuah studi yang dimuat dalam The British Journal of Obstetrics and Gynaecology Desember 2006.
Dalam hal keguguran, banyak penelitian - salah satunya penelitian yang dilakukan tim peneliti Llahi-Camp, J.M., R. Rai, C. Ison, L. Regan, and D. Taylor-Robinson, yang dipublikasikan oleh jurnal Human Reproduction 1996, mengaitkan hubungan antara infeksi bakteri vagina dengan keguguran trimester kedua kehamilan. Namun, kondisi itu tidak tampak pada trimester pertama.
Jika Anda mengalami salah satu gejala infeksi bakteri vagina yang tercantum di atas atau jika Anda memiliki kecurigaan apapun bahwa Anda tertular infeksi bakteri vagina, pastikan untuk mengatakannya kepada dokter segera, terutama jika Anda sedang hamil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.