Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Sederhana Menyingkirkan Kebiasaan Berpikir Negatif

Kompas.com - 09/03/2017, 07:25 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Kebanyakan dari kita, memiliki satu atau beberapa sifat negatif yang seakan selalu mengikuti. Kita cenderung fokus pada kritik (saat bibir mengucapkan pujian) dan kerap menguatkan diri untuk hasil terburuk.

Tapi, hidup tidak harus seperti itu, kata Loretta Graziano Breuning, PhD, penulis buku The Science of Positivity: Stop Negative Thought Patterns by Changing Your Brain Chemistry.

Dalam buku barunya, ia menjelaskan bagaimana pemikiran sinis berkembang dan bagaimana Anda dapat menata ulang "kabel" otak Anda untuk mengatasi pemikiran negatif.

Tujuan akhirnya adalah mengalami dunia yang realistis dengan lebih optimis, sehingga mental Anda menjadi lebih sehat.

Sebuah penelitian terbaru oleh para peneliti Harvard University menemukan bahwa orang yang optimis memiliki risiko lebih kecil untuk meninggal karena kanker, infeksi dan penyakit jantung.

Breuning, yang adalah profesor bidang manajemen di Universitas California State East Bay, memberikan tip mengenai cara menghapus kacamata negatif dan memprioritaskan hal-hal yang positif agar kehidupan kita lebih seimbang dan sehat. Ini dia tipnya

Ambil jeda untuk berpikir positif tiga kali sehari

Jalur saraf otak terbentuk selama masa kanak-kanak dan remaja, jelas Breuning. "Pengalaman di awal-awal kehidupan kita membentuk "jalan tol" di mana sinyal listrik dapat mengalir dengan mudah.”

“Akibatnya, saat selesai pubertas, kita condong ke jalur berpikir dengan pola tertentu , seperti mudah menemukan hal yang dianggap buruk dalam kebanyakan situasi."

Cara terbaik untuk mengukir jalur baru adalah melalui pengulangan, kata Breuning.

Mungkin, ini terasa aneh pada awalnya, tetapi Anda dapat mengarahkan kebiasaan berpikir dengan membuat catatan hal-hal positif dalam hidup Anda tiga kali sehari selama enam minggu.

Jika Anda membutuhkan inspirasi untuk menyebutkan apa yang positif pada diri Anda atau orang lain, Breuning merekomendasikan Anda untuk menghargai prestasi-prestasi "kecil".

"Saya tidak bicara soal daftar riwayat hidup seperti saat Anda melamar kerja," kata Breuning. Fokuslah pada hal sehari-hari seperti keputusan Anda untuk rajin memantau tinjauan cuaca, sehingga Anda selalu tahu kapan untuk sedia payung dan mantel.”

"Insting makhluk hidup adalah khawatir tentang kelangsungan hidupnya. Walhasil, kita sering merasa panik dalam banyak situasi, karena menganggap situasi itu pasti mengancam kehidupan, padahal belum tentu,” katanya.

Kekhawatiran ini sering muncul kecuali sirkuit di otak kita merasa baik atas keputusan yang kita ambil. Karena itu, biasakan menghargai keputusan-keputusan kecil namun tepat yang Anda atau orang lain ambil.

Jangan lupakan berbagai kesenangan

Biarkan diri Anda mengalami berbagai kesenangan sederhana dan Anda akan menghargai hidup ini lebih dari sebelumnya.

"Otak kita dirancang untuk mencari pahala atau kesenganan. Tapi, untuk setiap kesenangan yang sudah kita miliki, otak akan berhenti memicu senyawa kimia bahagia Anda," kata Breuning.

"Begitulah cara hormon dopamine bekerja." Dengan kata lain, jika ada satu kebutuhan atau keinginan kita terpenuhi, kita akan cenderung mengalihkan perhatian pada kebutuhan atau keinginan lainnya. Ini adalah fenomena yang dikenal dengan sebutan habituasi.

Jadi bagaimana cara mengelola keinginan atau kebutuhan yang seperti tak ada habisnya? Jawabannya adalah biarkan diri Anda merangkul berbagai jenis kesenangan.

Misalnya, Anda suka menikmati secangkir teh hijau panas. Alih-alih menikmatinya setiap hari, cobalah nikmati hanya dua atau tiga kali seminggu. Ini akan mendorong otak tetap menghargai nikmatnya teh hijau ketika Anda mendapatkannya.

Jika Anda menuruti nafsu untuk meminumnya setiap hari, dengan segera otak akan berhenti memicu dopamin dan akhirnya Anda bosan, serta tak lagi menghargai secangkir teh hijau seperti sebelumnya. Selingi kesukaan Anda akan teh hijau dengan jenis minuman lain atau aktivitas lain.

Breuning juga mengatakan, "Keberagaman sumber kesenangan akan menimbulkan rasa bahagia dalam jangka panjang. Hal itu akan mendorong Anda lebih bahagia, dan artinya lebih positif."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com