Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Merkuri Sebabkan Kerugian Hingga 24 Miliar Per Tahun

Kompas.com - 08/03/2017, 20:14 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS..com - Akumulasi merkuri pada manusia dapat diteruskan pada keturunannya dan mengakibatkan penurunan kecerdasan (IQ). Studi tentang valuasi dari kerugian akibat penurunan IQ yang dipublikasikan di Journal of Environmental Management pada akhir 2016 mengungkap, potensi kerugian Indonesia mencapai Rp 12 - 24 miliar.

"Kerugian itu menjadi tanda bahwa Indonesia harus segera meratifikasi Konvensi Minamata," kata Krisna Zaki dari Bali Fokus dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/3/2017).

Valuasi kerugian akibat pencemaran merkuri dilakukan di 14 negara. Penelitian lapangan di Indonesia dilakukan oleh IPEN dan Bali Fokus di Sekotong, Lombok Barat dan Poboya, Sulawesi Tengah. Warga di dua wilayah tersebut melakukan penambangan emas dengan merkuri. Penambangan dilakukan di belakang tempat tinggal.

Studi dilakukan dengan mengambil sampel rambut warga dan menganalisis kandungan merkurinya. Batas maksimum merkuri adalah 0,58 ppm.

Hasil studi mengungkap, kandungan merkuri pada warga di kedua wilayah melampaui ambnang batas, mencapai 0,82 ppm dan 13,3 ppm. Dengan nilai itu, maka bisa disimpulkan warga setempat berpotensi mengalami penyakit saraf dan menurunkan merkuri pada keturunan hingga menurunkan nilai IQ.

Untuk setiap penurunan satu tingkat IQ, valuasi rupiahnya adalah sebesar 19.269 dollar AS. Dari situ, nilai kerugian Indonesia diperkirakan.

Menanggapi studi itu, Kepala Sub-Direktorat Penerapan Konvensi B3 Purwasto Saroprayogo mengatakan bahwa Indonesia telah menandatangi Konvensi Minamata. Namun, masih perlu waktu untuk benar-benar meratifikasinya. Hingga saat ini, sudah 128 negara yang menandatangani.

"Sekarang kita sudah akan lakukan kajian akademis untuk ratifikasi. Itu perlu karena kita nanti harus menjelaskan pada kementerian lain mengapa kita perlu meratifikasinya, apa manfaatnya untuk kita," katanya.

Krisna mengatakan, Indonesia harus segera meratifikasi untuk mencegah kerugian lebih besar. Saat ini, sumber pencemaran merkuri 57 persen berasal dari pertambangan emas skala kecil. Ia mengungkapkan, harus ada upaya baru untuk mendorong penambangan emas tanpa merkuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau