Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberadaan Kuman Resisten Antibiotik Semakin Mengkhawatirkan

Kompas.com - 02/03/2017, 10:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Acinetobacter baumannii adalah sekelompok bakteri yang resistan terhadap obat dan umumnya ditemukan di tanah dan air.

Baru-baru ini, WHO menilai bahwa penelitian tentang bakteri ini dan dua patogen lainnya masuk kategori "prioritas kritis."

Senin lalu, WHO memeringatkan bahwa ada selusin kuman super yang resisten terhadap antibiotik dan menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia.

WHO juga mendesak para ahli rumah sakit ahli mengadakan pengendalian infeksi dan para peneliti farmasi untuk fokus pada memerangi patogen paling berbahaya.

Bahayanya strain baru bakteri yang resistan terhadap obat, muncul dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh penggunaan antibiotik terlalu sering pada manusia dan ternak. Ini telah menakutkan ahli kesehatan masyarakat.

Banyak yang menganggap, strain baru ini sama berbahayanya dengan virus seperti Zika atau Ebola.

"Kami cepat kehabisan pilihan pengobatan," kata Dr. Marie-Paule Kieny, yang W.H.O. Direktur Jenderal asisten yang merilis daftar tersebut. "Jika kita menyerah kepada kekuatan pasar saja, antibiotik baru yang paling mendesak diperlukan tidak akan dikembangkan dalam waktu cukup lama."

Kepala medis Inggris, Sally C. Davies, telah mengeluarkan pernyataan bahwa patogen yang resistan terhadap obat sebagai ancaman keamanan nasional yang sebanding dengan terorisme.

Dr. Thomas R. Frieden, direktur CDC yang baru saja pensiun menyebut patogen resisten obat sebagai "salah satu ancaman kesehatan kami yang paling serius. "

Pekan lalu, Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa memperkirakan bahwa kuman super membunuh 25.000 orang Eropa setiap tahun. CDC memperkirakan bahwa mereka membunuh setidaknya 23.000 orang Amerika setahun.

Sebagian besar kematian tersebut terjadi pada pasien berusia tua di rumah sakit atau panti jompo, atau di antara pasien transplantasi dan kanker yang sistem kekebalan tubuhnya sedang lemah. Tetapi, ada juga korban meninggal di kalangan muda dan sehat.

Sebuah studi baru dari 48 rumah sakit pediatrik di Amerika menemukan bahwa infeksi yang resistan terhadap obat pada anak-anak, meningkat tujuh kali lipat dalam jangka waktu delapan tahun.

Laporan yang baru saja dirilis WHO menyebutkan, penelitian pada tiga patogen adalah "prioritas kritis". Mereka adalah carbapenem-resistant Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa, bersama dengan semua anggota keluarga Enterobacteriaceae.

Keluarga Enterobacteriaceae di antaranya termasuk yang namanya sudah akrab, yaitu E. coli dan salmonella.

Dalam daftar WHO ada enam patogen sebagai "prioritas tinggi", di antaranya adalah methicillin-resistant Staphylococcus aureus, lebih dikenal sebagai MRSA atau "bakteri pemakan daging" dan Neisseria gonorrhoeae resisten antibiotik yang menyebabkan gonore.

Kategori ketiga WHO adalah "prioritas menengah" yang meliputi Streptococcus pneumoniae versi resistan terhadap obat, Haemophilus influenzae dan shigella. Ketiganya menyebabkan infeksi pada bayi.

Untuk saat ini, sebagian besar infeksi dapat disembuhkan, tetapi dokter takut bahwa strain yang resisten akan semakin kuat dan mendorong keluar yang lebih lemah.

Tuberkulosis tidak ada dalam daftar WHO, meski ada jenisnya yang juga resisten terhadap obat, yang dikenal dengan nama MDR-TB dan XDR-TB. Keduanya telah menimbulkan ancaman besar bagi manusia.

Saat ini, calon antibiotik baru sedikit stoknya, kata Dr. Kieny, karena 70 tahun penelitian telah para ahli lebih sulit menemukan jenis baru. Juga karena antibiotik baru tidak terlalu menguntungkan bagi perusahaan farmasi.

Biasanya, pasien sembuh dengan beberapa pil. Untuk mencegah munculnya strain resisten, dokter ditekan untuk menghindari pemberian resep obat terbaru kecuali dalam kasus-kasus ekstrim.

WHO berharap negara-negara bersedia mempertimbangkan cara-cara untuk mendorong penelitian lebih lanjut.

WHO juga ingin melihat, lebih banyak kolaborasi antara dokter dan dokter hewan, karena resistensi yang timbul pada hewan dapat menyebar ke manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau