Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Membangun Start-Up Berbasis Sains? Simak Kisah Kevin Kumala

Kompas.com - 01/03/2017, 21:44 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Produk kita sebenarnya enggak cuma bioplastik. Kita sudah bisa replace styforoam dengan ampas tebu yang terdekomposisi dalam 90 hari. Kita juga bikin sedotan plastik dengan pati jagung, juga papercup dari pati jagung. Kita juga punya sendok makan dengan bahan yang biodegradable. Banyak produk lain yang temanya disposable plastik.

Berapa sekarang kapasitas produksinya?

Kalau awal 2016, kita 0,2 ton sehari. Puji tuhan sekarang kita bisa 4 ton sehari. Karena exposure internasional market jadi dahsyat. Mungkin juga karena viral video.

Berapa orang yang dipekerjakan?

Sekarang ini manufacturing 30, operation 20, dan top management 6 orang. Jadi sekitar 60. Yang selalu saya jaga, ini adalah equal technology company. Ini punya social aspect. Saya ingin pastikan rasio pekerja ini harus rata dalam gender, agama, ras, atau apapun itu.

Produk bioplastik-nya dijual berapa sih?

Kalau dari harga, itu harganya 200-300 rupiah lebih mahal dari yang biasa untuk kantung plastik. Sedotan lebih mahal Rp 80 lebih mahal dari sedotan biasa. Artinya, selisihnya cuma sedikit tapi bisa memberikan citra baik, memberikan gesture sosial yang baik bagi usaha.

Apakah setelah ada bioplastik ini kita bisa konsumsi plastik sebanyak mungkin?

Tidak begitu. Kita tahu ada 3R, Reduce, Reuse, Recycle. Tapi dengan perkembangan ekonomi, sekarang semua sibuk. Saya bukan antagonistik tentang 3R itu, tapi yang mengkhawatirkan, 3R itu tersimpan alam bawah sadar. Saat sibuk, alam bawah sadar kita enggak kerja. Kita harus kampanyekan satu R lagi, Replace.

Terakhir mungkin, untuk membangun start-up berbasis sains ini, apa perlu science background?

Perlu mungkin ya. Atau bisa saja mungkin kita bisa bajak seorang ilmuwan. Tapi ujung-ujungnya nya untuk mendirikan perusahaan itu tergantung orangnya. Yang pasti diperlukan mungkin latar belakang sains dan kemampuan manajemennya. Saya percaya, bisnis yang handal itu harus punya produk handal, business plan yang handal, dan art of storytelling. Di board of director Avani itu, saya lebih development dan business plan. Ada yang lain lebih ke art of storytelling.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com