Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2017, 09:05 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Yang pernah merasakan gusi bengkak pasti tahu betapa sakit dan tidak nyamannya saat itu terjadi. Gusi bengkak biasanya disertai bau mulut atau/atau perdarahan, tapi bisa juga tidak. Gusi bengkak adalah salah satu gejala dari gingivitis kronis atau peradangan gusi kronis.

Deteksi dan pengobatan gusi bengkak sedini mungkin dapat mencegah kondisi lain yang lebih parah misalnya periodontitis.

Periondotitis adalah infeksi gusi yang merusak jaringan lunak dan dapat menghancurkan gigi Anda.

Gusi bengkak bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah:

1. Plak dan Tartar

Ini adakah penyebab paling umum pembengkakan gusi. Plak adalah lapisan tak terlihat pada gigi dan gusi yang terbentuk oleh bakteri di mulut.

Plak akan terlihat jika gigi tidak dibersihkan secara rutin sehingga menimbulkan zat berwarna kekuningan pada permukaan gigi. Plak dapat dihilangkan dengan menyikat gigi karena konsistensinya yang lunak.

Plak tidak hanya menyebabkan gigi berlubang tapi juga menyebabkan infeksi. Plak yang menumpuk dapat masuk ke dalam gusi dan menyebabkan peradangan.

Tartar terbentuk dari plak yang mengeras dan juga dikenal dengan sebutan dental kalkulus atau karang gigi. Plak akan berubah menjadi tartar dalam kurun waktu tertentu atau biasanya lebih dari 10 hari.

Biasanya tartar terbentuk di antara celah gigi dan gusi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, sehingga pembentukannya cenderung tidak terkontrol dan hanya bisa dibersihkan oleh dokter gigi.

2. Iritasi

Reaksi alergi terhadap bahan yang terkandung dalam pasta gigi, makanan, obat-obatan atau bahkan kawat gigi, dapat menyebabkan iritasi dengan gejala kemerahan dan pembengkakan pada jaringan gusi.

Banyak orang baru menyadari bahwa mereka mengalami gusi bengkak setelah mengganti pasta gigi jenis yang berbeda dari biasanya.

3. Sisa Makanan

Makanan yang masuk masuk ke bawah gusi atau melekat di sela-sela gigi seringkali sulit untuk dibersihkan. Salah satu contoh makanan yang sering terjebak di bawah gusi adalah popcorn dan serat daging.

Satu atau dua hari sesudah sisa makanan terselip, terjadilah pembengkakan yang baru akan mereda setelah sisa-sisa popcorn dibersihkan atau keluar dengan sendirinya.

4. Perbaikan gigi dengan cara yang salah

Gigi yang merenggang karena usia dan diperbaiki dengan cara yang salah, dapat memudahkan sisa-sisa makanan terjebak di sela-sela gigi.

Seringkali, sisa-sisa makanan yang sudah terjebak itu sulit dibersihkan sehingga lama-kelamaan dapat menyebabkan infeksi.

Gigi palsu yang tidak pas juga dapat mengiritasi jaringan gusi, menyebabkannya luka atau bengkak.

5. Hormon

Beberapa wanita menemukan bahwa perubahan kadar hormon dapat menyebabkan gusi bengkak. Hal ini biasanya bersifat sementara dan biasanya terjadi saat hamil.

6. Obat-obatan tertentu

Jika anda sudah sangat baik dalam merawat kesehatan gigi tapi masih mengalami gusi bengkak, maka saatnya untuk mencurigai obat yang Anda konsumsi.

Beberapa obat seperti obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat membuat pertumbuhan berlebih dari jaringan gusi yang terlihat seperti bengkak.

Mencegah Gusi Bengkak

Yang paling ideal, pencegahan gusi bengkak dilakukan mulai dari rumah dengan cara:

1. Mengatur pola makan seimbang, mencakup buah-buahan dan sayuran.
2. Hindari makanan dan minuman manis.
3. Hindari hal-hal yang dapat mengiritasi gusi seperti obat kumur yang terlalu tajam, alkohol dan tembakau.
4. Ubah merek pasta gigi dan obat kumur jika Anda menemukan ketidaknyamanan pada area oral Anda setelah menggunakannya.
5. Sikat dan gunakan benang gigi secara teratur.
6. Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setidaknya setiap enam bulan.
7. Jika gusi bengkak yang Anda alami disebabkan oleh reaksi terhadap obat, berkonsultasilah dengan dokter agar dokter bisa meresepkan jenis obat yang lain.
8. Hubungi dokter jika ketidaknyamanan yang Anda rasakan pada area oral bertahan lebih lama dari dua minggu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com