Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Sederhana Melawan Trauma Kebakaran Hutan dan Lahan

Kompas.com - 31/01/2017, 18:43 WIB

Pada periode Juni-November 2015, kabut asap menaungi wilayah tujuh provinsi. Kerugian setara dengan Rp 200 triliun.

Dampaknya tak pandang bulu. ”Saat itu mau konsultasi dengan dosen sulit sekali,” kata Iliyin Toni (23), pegawai kontrak di Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Tahun 2015 ia mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat.

Sejak Juni 2016, setiap Minggu-Jumat, Toni bertugas di Posko Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, memantau layar komputer dan televisi layar datar untuk melihat sebaran titik panas.

Tugas Toni dan temannya, setiap pukul 07.00, mengirim laporan pantauan titik panas yang telah diperbarui satelit Terra-Aqua (Lapan) dan NOAA (ASMC ASEAN).

Laporan tim di posko itu pula yang sampai ke telepon pintar Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar setiap hari. Informasi akurat dan faktual jadi bahan penting mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan/lahan.

Tim di posko itu tak jarang juga memverifikasi dugaan titik panas di sejumlah kabupaten.

”Hari ini tidak ada titik api,” ucap Toni, saksi hidup kebakaran hutan dan lahan terbesar di Indonesia pada 1997.

Ia yang saat itu duduk di bangku SD harus membawa lampu senter setiap ke sekolah saat kabut asap.

Secara nasional, kebakaran hutan dan lahan masif setidaknya telah berlangsung 20 tahun. Pada 2015, kabut asap di Jambi saja membuat 40.786 orang menderita ISPA. Jarak pandang di bawah 200 meter. Penerbangan di Bandara Sultan Thaha lumpuh sebulan.

Dana besar dikeluarkan, termasuk membiayai operasi pengeboman air yang menghabiskan 6,52 juta liter air dan hujan buatan yang menghabiskan 6,7 ton garam.

(Baca juga: KLHK Mulai Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan)

Dari pengalaman itu, pencegahan gencar dilakukan. Bahkan, Senin (23/1/2017), Presiden Joko Widodo mengumpulkan sejumlah kepala daerah serta pimpinan militer dan polisi di daerah dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan.

Jauh hari, Presiden menegaskan, kemampuan aparat mengatasi kebakaran jadi indikator prestasi.

”Itu motivasi, bukan ancaman. Kami berupaya maksimal bersama masyarakat menanggulangi ini. Jika nanti ada risiko, sebagai prajurit siap saja,” tutur Komandan Korem 102/Panju Panjung Kalteng Kolonel (Arm) M Naudi Nurdika.

Dan, jalur komunikasi intensif lewat aplikasi obrolan jadi sarana meminimalkan risiko, termasuk trauma pada kebakaran dan kabut asap. (SAH/DKA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com