Kasus Beruang Madu, Menteri LHK Diminta Reformasi Kebun Binatang

Kompas.com - 24/01/2017, 21:34 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan diminta mereformasi pengelolaan kebun binatang di Indonesia.

Itu menyusul kasus beruang madu di Kebun Binatang Bandung yang tampak kurus dan kelaparan hingga harus memakan kotorannya sendiri, seperti diperlihatkan dalam video yang viral seminggu belakangan.

Marison Guciano dari Yayasan Scorpion mengungkapkan, kasus beruang madu itu hanya puncak gunung es dari banyaknya kasus kesejahteraan satwa.

"90 persen kebun binatang di Indonesia dalam kondisi tidak layak," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/1/2017).

Menurut hasil studi Yayasan Scorpion, satwa di kebun binatang tidak sejahtrera karena ditempatkan di kandang yang sempit, tidak punya akses makanan dan air yang memadai, dan tidak mendapatkan perlakuan baik.

Selain beruang madu di Bandung, elang di Banyuwangi bisa menjadi contoh lain. "Elang dikurung di kandang yang sempit dan tidak dilengkapi penyangga sehingga hanya bisa berjalan seperti ayam," katanya.

Marison mengatakan, kebun binatang di Indonesia cenderung mengeksploitasi satwa untuk meraih keuntungan tanpa memperhatikan kesejahteraannya.

"Bisa dilihat pada atraksi menunggang gajah. Kepala gajah kadang dipukul dengan besi agar mau berjalan," ungkapnya.

Kasus beruang madu di Bandung bukanlah kasus pertama yang menyorot buruknya pengelolaan kebun binatang di Indonesia.

Sebelumnya, gajah Yani juga mati di kebun binatang kota kembang itu. Beberapa tahun lalu, ramai kasus jerapah mati di Kebun Binatang Surabaya.

"Kasus beruang madu kali ini harus jadi momentum bagi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mereformasi pengelolaan kebun binatang," kata Marsion.

"Harus ada inventarisasi di kebun binatang. Banyak kebun binatang tidak memenuhi syarat. Kasus gajah Yani lalu membuka fakta bahwa Kebun Binatang Bandung tidak punya dokter hewan, padahal itu mutlak," imbuhnya.

Marison meminta pengelolaan kebun binatang terbuka dan melibatkan lembaga yang fokus pada masalah kesejahteraan satwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau